Tabloid-Nakita.com - Bagi Mama yang ingin merencanakan kehamilan dengan disiplin tentu ingin segera ber-KB kembali setelah melahirkan. Apalagi, untuk Mama yang kehamilannya yang terakhir terjadi tanpa direncanakan alias kebobolan.
Salah satu alat KB yang kerap digunakan ketika Mama ingin ber-KB setelah melahirkan adalah spiral (IUD), karena dianggap paling efektif dalam mencegah kehamilan. Lalu, kapan waktu tepat memakai KB spiral?
Pemasangan spiral dilakukan saat Mama dalam kondisi sehat (tidak mengalami perdarahan atau infeksi). Pemasangan spiral paling cepat dapat dilakukan pada 10 menit pertama setelah persalinan normal, dan masih dapat ditunggu sampai 3 hari.
Lewat dari 3 hari, pemakaian KB spiral harus menunggu sampai masa nifas selesai. Jadwal pemasangan ini berkaitan dengan kondisi rahim yang tengah mengalami kontraksi untuk kembali ke ukuran semula. Perlu Mama ketahui, pemasangan spiral di masa nifas dikhawatirkan menyebabkan perlukaan atau perobekan pada rahim.
Sementara itu, pemasangan spiral setelah persalinan caesar dilakukan segera setelah operasi selesai. Sedangkan pada Mama yang baru mengalami keguguran, pemasangan spiral dilakukan setelah operasi kuretnya selesai.
Ada anggapan, pemasangan spiral sehabis bersalin menyebabkan spiral mudah terlepas. Namun, riset membuktikan dari sekitar 100 ibu yang memakai spiral setelah bersalin, hanya 4-5 orang saja yang mengalami kegagalan. Angka kejadian yang sangat kecil ini berarti menunjukkan kontrasepsi spiral bisa dipakai untuk ibu pascamelahirkan. Pemasangan spiral dilakukan di ujung puncak rahim oleh dokter kandungan/bidan yang kompeten.
Kontrasepsi spiral tidak akan mengganggu produksi ASI. Spiral pun tidak menyebabkan kegemukan atau mengganggu siklus haid. Copper T merupakan spiral yang paling umum digunakan dengan bahan tembaga. Logam tembaga akan menghasilkan ion-ion yang dapat mencegah terjadinya kehamilan. Namun, bahan pelindungnya yang terbuat dari plastik akan menimbulkan peradangan di endometrium (dinding bagian dalam rahim tempat menempelnya calon janin).
Alat kontrasepsi ini sebenarnya bisa bertahan hingga 8 tahun dan bisa dilepas kapan saja sesuai kebutuhan. Setelah 8 tahun, spiral perlu diganti dengan yang baru.
Efek samping penggunaan spiral bagi yang tidak cocok atau karena kesalahan pemasangan (misalnya karena kurang steril) adalah rasa nyeri, timbul infeksi dan keputihan yang tidak sembuh-sembuh. Haid para pengguna kontrasepsi spiral pun biasanya keluar lebih banyak (jika sebelumnya cukup 1 pembalut sekali pakai mungkin kini menjadi 2 pembalut). Namun selama masa haidnya tetap (maksimal 7 hari) dan Mama tidak mengalami anemia, maka tak jadi masalah.
Penulis | : | Dini Felicitas |
Editor | : | Dini |
KOMENTAR