Ia bahkan mengaku takut tidak mampu menjalani tugas-tugasnya, yang semakin memperkuat dugaan bahwa ia menjadi korban bullying dan eksploitasi di tempat kerjanya.
Kasus ini semakin menimbulkan keprihatinan publik setelah dr. Aulia ditemukan meninggal dunia, diduga karena bunuh diri.
Tragedi ini diduga kuat terkait dengan tekanan mental yang dialaminya, yang sebagian besar berasal dari bullying dan eksploitasi yang ia hadapi selama menjalani program pendidikan dokter spesialis.
Dalam rekaman voice note, dr. Aulia juga menceritakan bahwa ia tidak diizinkan untuk keluar dari rumah sakit, bahkan untuk sekadar membeli minuman.
Ia harus meminta bantuan customer service untuk membelikan minuman, karena dirinya tidak diperbolehkan pergi ke minimarket atau kantin.
"Aku minta tolong CS buat beliin minum, karena aku enggak boleh ke minimarket, enggak boleh ke kantin sama sekali," ujarnya dalam rekaman tersebut.
Pengungkapan ini semakin mempertegas bahwa dr. Aulia mungkin telah mengalami pembatasan yang tidak manusiawi, yang berdampak pada kesehatan fisik dan mentalnya.
Rekaman voice note ini telah memicu gelombang reaksi dari masyarakat, yang sebagian besar mengecam tindakan yang diduga dilakukan terhadap dr. Aulia.
Publik menuntut agar pihak berwenang, termasuk Kementerian Kesehatan dan Universitas Diponegoro, segera melakukan penyelidikan menyeluruh untuk mengungkap kebenaran di balik kasus ini.
Pihak keluarga dr. Aulia, melalui kuasa hukumnya, telah menyerahkan rekaman suara tersebut kepada pihak investigasi dari Kementerian Kesehatan.
Mereka berharap bahwa bukti ini akan menjadi dasar untuk penyelidikan lebih lanjut yang dapat mengungkapkan kebenaran dan memberikan keadilan bagi almarhumah.
Baca Juga: Azriel Hermasyah Alami Bullying dari SD hingga SMA, Bagaimana Sikap yang Harus Diambil Orangtua?
Gift The Superpower of Play Bersama Karakter Terbaru dari Lego Brand, Cataclaws
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Aullia Rachma Puteri |
KOMENTAR