Tidak hanya itu, empat keterampilan penting yang juga perlu diasah adalah keterampilan dalam hidup, yang disebut sebagai Four Essential Skills.
"Pertama adalah keterampilan intrapersonal, yang mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan diri sendiri, seperti kemampuan mengelola emosi, menahan diri dari perilaku yang tidak sesuai norma, dan disiplin diri. Selanjutnya, ada keterampilan interpersonal, yaitu kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama. Kemudian, keterampilan sistemik, yang melibatkan kemampuan beradaptasi dengan aturan dan norma yang berlaku di lingkungan. Terakhir, ada kemampuan menimbang, atau kemampuan untuk mengambil keputusan dan mempertimbangkan sebab akibat dari pilihan yang diambil," ujarnya.
Baca Juga: Pola Asuh Orangtua Terhadap Anak yang Berpengaruh pada Kepribadian Anak
Damar Wahyu Wijayanti menambahkan, keempat keterampilan ini juga dirancang untuk dilatih melalui tantangan yang dihadapi oleh adik-adik Taro Rangers.
"Selanjutnya, terdapat kemampuan sistemik, yaitu mengikuti aturan-aturan dari kakak Rangers agar semuanya tetap aman. Selain itu, ada kemampuan menimbang atau mengambil keputusan. Di dalam tantangan-tantangan tersebut, telah disediakan masalah-masalah yang mengharuskan mereka untuk membuat keputusan demi menyelesaikan tantangan itu. Dengan mengasah tujuh hal melalui tantangan-tantangan tersebut, diharapkan akan muncul hasil yang diinginkan. Hasilnya adalah lima nilai yang telah disebutkan sebelumnya. Harapannya, setelah lulus dari Taro Rangers Camp, anak-anak akan memiliki karakter-karakter tersebut. Jika keterampilan-keterampilan itu terasah dan citra diri mereka meningkat, maka akan muncul anak-anak yang memiliki empati, integritas, keberanian, ketahanan, dan kreativitas," tambahnya.
Namun, untuk mencapai semua ini bukanlah hal yang mudah ya Moms. Menurut Damar Wahyu Wijayanti, anak-anak tidak bisa hanya diberitahu atau dinasehati. Mereka perlu mengalami hal-hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, untuk menjadi orang tua yang baik dan dapat mendampingi anak-anak berusia 6 hingga 12 tahun dengan kebutuhan tersebut, perlu memiliki mindset adventure parenting.
"Apa itu adventure parenting? Adventure parenting adalah pendekatan parenting yang mampu mengubah momen biasa atau sederhana dalam kehidupan sehari-hari menjadi sebuah petualangan untuk pengembangan diri. Dengan harapan, tantangan atau petualangan tidak hanya berhenti di Taro Rangers Camps, tetapi juga akan diteruskan oleh anak-anak dan orang tua di rumah melalui tantangan sehari-hari. Dengan pola pikir adventure parenting ini, orang tua dan anak-anak dapat melihat bahwa setiap tantangan yang dihadapi sehari-hari adalah kesempatan untuk tumbuh dan belajar. Pertumbuhan ini tidak hanya dialami oleh anak, tetapi juga oleh orang tua. Orang tua juga belajar untuk mengembangkan kemampuan menahan diri, mengatur emosi, mempercayai anak, dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengasah keterampilan tersebut melalui pengalaman," jelas Damar Wahyu Wijayanti.
Konsep adventure parenting ini yang juga diterapkan dan dirasakan pula oleh Nadia Frederica (The Hartono’s Family) seorang Key Opinion Leader atau KOL dan ibu dari dua anak bernama Clayton dan Cliff.
"Berbagai paparan yang ada pada anak sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Dengan menguatkan core values pada anak sedari kecil hingga melakukan aktivitas yang mengandung unsur petualangan, mereka belajar menghadapi tantangan dan menemukan solusi bersama. Di sini, penting memposisikan peran orangtua maupun keluarganya menjadi tempat untuk bersandar ketika anak mengalami kesulitan. Dengan cara tersebut anak akan lebih terbuka dan percaya terhadap orangtua dan keluarganya," jelas Nadia.
Nadia Frederica mengatakan, sangat penting untuk mengajarkan anak-anak berkomunikasi dan memiliki empati pada orang lain.
"Saat ini perjalanan masih sangat panjang, karena anak-anak masih kecil. Namun, saya memang percaya pentingnya mengajarkan mereka untuk berkomunikasi dan memiliki empati, tanpa terkesan menggurui. Saya tidak pernah merasa diri saya paling benar, dan jika saya salah, saya tidak ragu untuk meminta maaf. Saya cenderung membiarkan anak-anak bercerita tentang diri mereka sendiri, kemudian saya mengamati apakah mereka sudah berada di jalur yang benar. Anak-anak saat ini memang cenderung sulit jika kita terkesan menggurui. Kita perlu dekat dengan mereka, tetapi tetap tidak menggurui. Saya sangat senang mengajak anak-anak untuk eksplorasi, sehingga mereka bebas melakukan apa pun dan kemudian kita diskusikan bersama.
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR