Trauma yang dihasilkan dari pola asuh abai dapat sangat dalam. Anak-anak mungkin merasa kesepian, terisolasi, dan memiliki masalah dalam membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.
Mereka juga berisiko mengalami masalah kepercayaan, kecemasan, dan depresi ketika tumbuh dewasa.
Orang tua harus berusaha untuk lebih hadir dalam kehidupan anak, baik secara fisik maupun emosional.
Berkomunikasi secara terbuka, mendengarkan kebutuhan anak, dan menunjukkan kasih sayang adalah langkah penting untuk mencegah trauma akibat pengabaian.
Meskipun niat dari orang tua yang terlalu protektif adalah untuk melindungi anak dari bahaya, pola asuh ini dapat merugikan anak dalam jangka panjang.
Orang tua yang terlalu protektif cenderung tidak memberikan anak kesempatan untuk belajar dari kesalahan, mengambil risiko, atau menghadapi tantangan sendiri.
Mereka selalu berusaha mengendalikan setiap aspek kehidupan anak dengan harapan dapat melindungi mereka dari kekecewaan atau kesulitan.
Anak-anak yang tumbuh dengan orang tua yang terlalu protektif sering kali merasa tidak percaya diri, cemas, dan takut mengambil keputusan.
Mereka mungkin merasa tidak mampu mengatasi masalah tanpa bantuan orang lain, yang akhirnya dapat menghambat kemandirian mereka.
Hal ini bisa menciptakan trauma berupa perasaan tidak kompeten atau tidak mampu berfungsi tanpa dukungan orang tua.
Sebagai solusi, orang tua perlu memberi anak kesempatan untuk belajar menghadapi tantangan sendiri, meskipun dalam batasan yang aman.
Baca Juga: Anak Stunting Bisa Disebabkan oleh Pola Asuh yang Salah, Benarkah?
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR