Kondisi lembap yang berkepanjangan juga berpotensi merusak serat kain pada pakaian.
Ketika pakaian dibiarkan basah terlalu lama, kelembapan yang terus-menerus dapat melemahkan serat kain, membuatnya lebih mudah rusak, rapuh, atau bahkan terkoyak ketika ditarik atau diperas.
Akibatnya, pakaian menjadi lebih cepat aus dan kehilangan bentuknya, terutama pada kain-kain halus seperti wol, sutra, atau kain katun tipis.
Mesin cuci yang digunakan secara berulang tanpa dibersihkan atau yang sering meninggalkan cucian basah dapat mengalami masalah jangka panjang.
Air yang menggenang di dalam mesin berisiko menyebabkan karat atau korosi pada bagian logam di dalamnya.
Selain itu, bakteri atau jamur yang tumbuh dapat menyumbat saluran pembuangan atau merusak bagian-bagian karet di dalam mesin.
Jika karet pintu mesin terkontaminasi oleh jamur, pintu mesin bisa kehilangan daya tahan air dan menyebabkan kebocoran.
Pakaian yang basah dan lembap dalam waktu lama dapat mengumpulkan berbagai bakteri yang dapat menyebabkan iritasi kulit atau reaksi alergi.
Orang yang memiliki kulit sensitif atau riwayat alergi cenderung lebih rentan terhadap efek buruk ini.
Selain itu, jika pakaian dengan sisa deterjen tertinggal basah, senyawa kimia dalam deterjen tersebut bisa memicu reaksi pada kulit saat pakaian dikenakan.
Ketika pakaian berbau apek, langkah untuk menghilangkannya adalah mencuci ulang, yang berarti penggunaan air, energi, dan deterjen tambahan.
Baca Juga: 6 Arti Simbol pada Label Pakaian, Ada Kesalahan saat Mencuci Pakaian?
Kulkas Side by Side New Belleza 4 Pintu dari Polytron, Dirancang Khusus untuk Dukung Tren Gaya Hidup Modern
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Aullia Rachma Puteri |
KOMENTAR