Nakita.id - Selebgram Arie Rieyanthie mengungkap perselingkuhan sang suami, Bimo Aryo Tejo.
Perselingkuhan tersebut dilakukan sang suami ketika Arie sedang menjalankan ibadah umrah.
Selebgram bernama asli Siti Septi Ariyanti ini membenerkan awal mula sang suami berselingkuh.
Ia mengatakan kalau Bimo Aryo Tejo menjalin hubungan dengan perempuan bernama Asila sejak bulan Agustus 2024.
Ketika Arie menjalankan ibadah umrah baru-baru ini, dia mendapati sang selingkuhan menginap di rumahnya dan tidur di kamarnya.
"Kami sudah menikah selama 16 tahun dan dikaruniai tiga anak laki-laki. Selama ini, hubungan kami terlihat harmonis. Bahkan untuk hubungan ranjang, kami masih rutin melakukannya," tulisnya.
"Namun, saat aku berangkat umroh pada 18 Oktober 2024, suamiku justru membawa wanita lain untuk menginap di rumah, bahkan di kamar kami," sambungnya.
Yang mengejutkan, orang pertama yang mengetahui perselingkuhan Bimo Aryo Tejo adalah putra sulungnya yang berusia 14 tahun.
"Anakku yang berusia 14 tahun adalah yang pertama mengetahui perselingkuhan ini."
"Dia menemukan chat mereka dan menyimpannya hingga aku pulang," jelasnya.
Arie mengaku menyebarkan perselingkuhan sang suami untuk memberikan efek jera dan saksi sosial.
Baca Juga: Alasan Orang Selingkuh Tak Mengaku, Belajar dari Kasus Paula Verhoeven
Lantas, apa dampak bagi anak yang mengetahui perselingkuhan orang tuanya?
Melansir dari berbagai sumber, berikut penjelasannya.
Anak-anak yang melihat orangtuanya berselingkuh mungkin kehilangan kepercayaan pada konsep kesetiaan dan komitmen dalam hubungan.
Orangtua adalah contoh utama bagi anak dalam belajar tentang cinta, kepercayaan, dan hubungan sehat.
Ketika anak melihat salah satu orangtuanya melanggar komitmen ini, ia bisa merasa kebingungan tentang apa arti kesetiaan, dan mungkin sulit untuk percaya pada orang lain, bahkan hingga dewasa.
Ketidakpercayaan ini dapat terbawa hingga ia membangun hubungan romantis di masa depan.
Anak mungkin menjadi takut disakiti, sehingga menghindari komitmen, atau malah memiliki pola hubungan yang tidak sehat, seperti selalu merasa curiga terhadap pasangannya.
Melihat perselingkuhan orangtua bisa menyebabkan berbagai gangguan emosional seperti kecemasan, stres, dan depresi.
Anak-anak yang mengalami peristiwa ini bisa merasa marah, bingung, atau kecewa terhadap orangtuanya.
Dampaknya, mereka bisa menyalahkan diri sendiri atau merasa tidak berharga karena berpikir bahwa masalah ini adalah kesalahan mereka.
Selain itu, anak-anak ini mungkin mengalami penurunan prestasi akademik atau perubahan perilaku.
Mereka mungkin menjadi lebih tertutup atau justru berperilaku agresif sebagai cara melampiaskan perasaan negatif yang tidak terucapkan.
Perselingkuhan juga dapat merusak hubungan anak dengan orangtua yang berselingkuh. Rasa kecewa atau marah yang timbul bisa membuat anak sulit untuk menghormati atau mempercayai orangtua tersebut.
Pada akhirnya, ini bisa menyebabkan jarak emosional antara anak dan orangtua, bahkan hingga dewasa.
Orangtua yang berselingkuh mungkin juga merasa bersalah dan menarik diri, menghindari interaksi dengan anak karena khawatir akan dihakimi atau dipermalukan.
Akibatnya, hubungan yang seharusnya penuh dukungan dan kasih sayang menjadi renggang dan tidak sehat.
Anak yang terjebak dalam konflik perselingkuhan sering kali mengalami konflik loyalitas. Ia merasa harus memilih salah satu orangtua untuk didukung atau berpihak, yang bisa sangat membingungkan dan membebani emosi.
Anak mungkin merasa bersalah jika mendukung salah satu pihak, sementara di sisi lain ia juga takut kehilangan perhatian dari orangtua yang lain.
Situasi ini dapat menyebabkan tekanan mental yang tinggi pada anak, karena ia merasa bertanggung jawab atas keharmonisan keluarganya.
Konflik loyalitas seperti ini bisa menghambat perkembangan psikologis anak, mengganggu rasa percaya dirinya, serta memengaruhi kemampuannya dalam membangun hubungan sosial yang sehat.
Dampak jangka panjang dari melihat perselingkuhan orangtua dapat memengaruhi kemampuan sosial anak, seperti kesulitan membangun hubungan yang sehat dan stabil.
Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh konflik mungkin kesulitan memahami konsep cinta dan komitmen.
Baca Juga: Baim Wong Ketawa Lihat Klarifikasi Paula Selingkuh, 'Silakan Ngomong'
Mereka bisa menjadi cenderung untuk menutup diri atau malah terlibat dalam hubungan yang tidak sehat, mengikuti pola yang mereka saksikan di rumah.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR