Nakita.id - Viral bullying anak SMA di Surabaya ramai menjadi perbincangan publik.
Beberapa waktu lalu, viral kasus orang tua menyuruh siswa sujud dan menggonggong.
Peristiwa ini terjadi di Surabaya yang melibatkan orangtua murid dan seorang siswa SMAK Gloria 2 Surabaya.
Diketahui, ayah seorang siswa bernama Ivan Sugianto ke sekolah lantaran anaknya dibully.
Ia kemudian menyuruh siswa yang diduga melakukan bullying untuk bersujud dan menggonggong.
Ivan Sugianto kemudian dilaporkan ke polisi atas perbuatannya tersebut.
Orangtua murid yang disuruh Ivan menggonggong, Setyo Purwanto merasa tidak terima dan membuat laporan ke polisi.
Laporan tersebut dibuat di Polda Jatim pada 12 November 2024.
Setyo Purwanto melaporkan Ivan Sugianto ke polisi atas dugaan kasus Kekerasan Terhadap Anak dan Ancaman dengan kekerasan.
Berkaca dari kasus tersebut, bagaimana seharusnya orangtua bersikap jika anak mengalami bullying?
Yuk simak!
Baca Juga: Anak Daus Mini Jadi Korban Bully, Sang Artis Tanggapi dengan Candaan
1. Dengarkan dengan Empati dan Tanpa Menghakimi
Langkah pertama yang sangat penting adalah mendengarkan anak dengan penuh empati. Berikan kesempatan pada anak untuk menceritakan apa yang terjadi tanpa menghakimi atau memotong ceritanya.
Dengan mendengarkan secara aktif, anak akan merasa didukung dan dipercaya. Jangan terburu-buru memberikan solusi atau menunjukkan reaksi marah, karena bisa membuat anak takut atau enggan untuk terbuka lebih lanjut.
2. Tunjukkan Bahwa Kalian Mendukung dan Memahami
Setelah mendengarkan anak, berikan dukungan emosional dan pastikan anak tahu bahwa mereka tidak sendirian.
Jelaskan bahwa perasaan takut, marah, atau sedih yang mereka alami adalah wajar. Kalian bisa mengatakan sesuatu seperti, “Mama/papa paham kamu merasa tertekan dan tidak nyaman dengan situasi ini.
Kita akan hadapi bersama-sama, ya.” Dengan menunjukkan pemahaman dan dukungan, anak akan merasa lebih aman dan tidak merasa bersalah atas situasi yang menimpanya.
3. Ajarkan Cara Menghadapi Pelaku Bullying
Meskipun sulit, ada baiknya anak belajar cara menghadapi situasi bullying dengan percaya diri.
Latih anak untuk tetap tenang dan tidak merespon secara emosional di depan pelaku bullying, karena reaksi emosional sering kali justru memotivasi pelaku untuk terus melakukan intimidasi.
Ajak anak untuk mencoba mengatakan dengan tegas, “Stop” atau “Tolong berhenti” sambil berusaha meninggalkan situasi tersebut secepat mungkin.
Baca Juga: Bagaimana Cara Orangtua Merespons Anak Jadi Korban Bullying di Sekolah?
Jika memungkinkan, dorong mereka untuk menghindari area di mana pelaku sering berada.
4. Libatkan Guru atau Pihak Sekolah
Jika bullying terjadi di lingkungan sekolah, penting bagi orangtua untuk melibatkan pihak sekolah dalam menangani masalah ini.
Berbicara dengan guru, konselor, atau kepala sekolah bisa membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi anak.
Jelaskan situasi yang dihadapi anak dan mintalah pihak sekolah untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
Pastikan orangtua mengetahui kebijakan anti-bullying yang berlaku di sekolah dan ikuti prosedur yang telah ditetapkan.
5. Bangun Rasa Percaya Diri dan Ketahanan Mental Anak
Salah satu cara terbaik untuk melindungi anak dari dampak bullying adalah dengan membangun rasa percaya diri dan ketahanan mental mereka.
Dorong anak untuk fokus pada kelebihan mereka dan tetap aktif dalam kegiatan positif, seperti olahraga, seni, atau kegiatan lain yang mereka minati.
Melalui kegiatan ini, anak bisa memperluas jaringan pertemanannya dengan anak-anak yang memiliki minat serupa, sehingga mereka merasa lebih diterima dan memiliki teman-teman yang mendukung.
6. Pertimbangkan Bantuan Profesional Jika Diperlukan
Baca Juga: Fakta Baru Kasus dr Aulia Risma, Sang Ibu Sudah Sering Melapor ke Undip Sejak 2022
Jika anak menunjukkan tanda-tanda trauma yang serius, seperti depresi, kecemasan berlebih, atau perubahan perilaku drastis, pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional.
Psikolog atau konselor yang berpengalaman bisa membantu anak untuk mengelola perasaan mereka dan membangun kepercayaan diri yang mungkin telah terkikis karena bullying.
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR