Nakita.id - Moms dan Dads, tentu sudah tidak asing lagi dengan buah mangga. Buah mangga adalah salah satu buah tropis yang sangat populer dan banyak digemari di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Buah ini tidak hanya enak dan menyegarkan, tetapi juga kaya akan nutrisi yang bermanfaat untuk kesehatan.
Sejak zaman dahulu hingga kini, buah ini tetap menjadi favorit berkat rasanya yang segar, manis, dan memuaskan. Tak heran jika mangga banyak dijadikan varian dalam makanan maupun minuman. Ketersediaannya yang melimpah dan beragam jenisnya di tiap daerah juga turut mendukung popularitasnya.
Kulitnya yang berubah dari hijau menjadi kuning menandakan kematangan buah yang siap dikonsumsi. Sementara itu, daging buah yang berwarna kuning cerah dan aroma khasnya menjadikan mangga sebagai pilihan pencuci mulut favorit banyak orang, dari anak-anak hingga dewasa. Para ibu rumah tangga pun kerap menjadikannya asupan bergizi untuk keluarga karena kandungan vitaminnya yang melimpah.
Sebagai pelopor minuman susu fermentasi, Yakult telah hadir di lebih dari 40 negara dan konsisten membawa semangat “mencegah lebih baik daripada mengobati.” Gaya hidup sehat memang menjadi kunci untuk menjaga kualitas hidup jangka panjang. Salah satu caranya adalah dengan menjaga kesehatan pencernaan.
Pencernaan yang sehat memungkinkan tubuh menyerap nutrisi secara optimal. Nutrisi yang masuk akan dicerna dan dialirkan ke usus kecil untuk diubah menjadi energi. Proses ini turut berperan dalam meningkatkan daya tahan tubuh.
Di dalam sistem pencernaan, terutama di usus kecil dan besar, hidup berbagai bakteri ada yang baik, ada pula yang merugikan. Bakteri baik sangat berperan penting dalam menjaga keseimbangan tubuh dan mendukung fungsi organ secara menyeluruh.
Menjawab kebutuhan gaya hidup masa kini, Yakult meluncurkan varian baru: Yakult Rasa Mangga. Inovasi ini memadukan rasa mangga tropis yang disukai masyarakat Indonesia dengan manfaat bakteri baik Lactobacillus casei Shirota strain (LcS), yang jumlahnya lebih dari 6,5 miliar dalam setiap botol.
Yakult Mangga dibuat dari susu bubuk skim sebagai media hidup bagi bakteri baik, ditambah rasa manis alami dan kandungan vitamin D. Tambahan vitamin D ini sangat penting, terutama bagi mereka yang jarang terpapar sinar matahari langsung, seperti masyarakat urban.
"Sejak berdiri tahun 1991, PT Yakult Indonesia Persada terus berupaya mendorong lebih banyak masyarakat untuk mengonsumsi produk Yakult. Yakult Rasa Mangga dihadirkan untuk meredakan gangguan pencernaan sekaligus sebagai tambahan vitamin D bagi tubuh," ujar Hiroshi Kawaguchi selaku Presiden Direktur PT Yakult Indonesia Persada, pada Jumat (23/5/2025) di Gedung Antam, Jakarta.
Peluncuran resmi produk ini dilaksanakan pada 23 Mei 2025 di Gedung Antam Tower A, Auditorium Andrawina. Acara ini dihadiri oleh jurnalis, praktisi kesehatan, serta jajaran pimpinan dan karyawan PT Yakult Indonesia Persada. Selain sesi tanya jawab, hadir pula seorang mixologist yang mendemonstrasikan kreasi minuman berbahan dasar Yakult rasa mangga, menjadikan acara ini semakin menarik.
Baca Juga: Bagaimana Cara Mengganti Susu Formula pada Anak Stunting? Ini Panduannya
Yakult Rasa Mangga akan mulai tersedia secara nasional mulai 2 Juni 2025. Produk ini bisa didapatkan melalui Yakult Lady yang mengantar langsung ke rumah pelanggan tanpa biaya tambahan, atau melalui supermarket, minimarket, dan toko terdekat.
Karena masa simpannya hanya 40 hari sejak produksi, disarankan untuk segera dikonsumsi, terutama dalam keadaan dingin agar rasa segarnya maksimal.
Mengonsumsi satu botol Yakult setiap hari dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan dengan menambah populasi bakteri baik. Kemasan berwarna kuning pada Yakult Mangga menghadirkan nuansa segar yang melengkapi varian Yakult lainnya seperti yang berwarna merah dan biru.
Kesehatan usus merupakan fondasi penting dalam menjaga kesehatan jangka panjang. Dengan usus yang sehat, penyerapan nutrisi berjalan optimal.
Namun, jika keseimbangan bakteri terganggu, maka risiko penyakit pun meningkat. Oleh karena itu, menjaga kesehatan usus sejak dini adalah langkah bijak untuk hidup lebih panjang dan berkualitas.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Ni Putu Desy Aryantini, PhD, selaku PR Science - PT Yakult Indonesia Persada menjelaskan, Yakult selalu menghasilkan produk yang aman dengan mutu terbaik.
Keamanan bahan baku mulai dari pra sampai pasca produksi terjaga dengan baik. Yakult Indonesia menerapkan standar jaminan keamanan mutu ISO 22000:2018 sebagai bentuk tanggung jawab kepada masyarakat dalam menghadirkan produk berkualitas.
"Terkait keamanan, Yakult telah melalui uji sistem keamanan pangan yang ketat sejak pemilihan bahan baku, proses produksi, hingga distribusinya. Produk Yakult yang dibuat di pabrik Sukabumi dan Mojokerto dijamin aman dikonsumsi," ungkap Desy.
Tak hanya itu, Desy juga menyampaikan manfaat bakteri baik Lactobacillus casei Shirota strain (LcS). Di dalam sistem pencernaan, terdapat triliunan mikroorganisme, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan.
Jumlahnya sangat besar, bahkan lebih dari 100 triliun, melebihi jumlah sel tubuh kita sendiri. Ketidakseimbangan antara mikroorganisme baik dan jahat ini bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan.
Komposisi mikrobiota usus sangat dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti pola makan, kualitas tidur, dan tingkat stres. Ada juga faktor yang tidak bisa kita kendalikan, yaitu proses penuaan.
Baca Juga: Manfaat Susu Kedelai untuk Ibu Menyusui, Mendukung Kesehatan dan Nutrisi
Seiring bertambahnya usia, keseimbangan antara bakteri baik dan jahat bisa terganggu, yang turut memengaruhi kondisi tubuh secara keseluruhan.
"Lactobacillus casei Shirota strain (LcS), yang dikemas dalam bentuk susu fermentasi, telah terbukti membantu menurunkan risiko diare dan konstipasi. Salah satu studi bahkan menunjukkan bahwa konsumsi LcS secara rutin dapat menurunkan risiko kanker payudara. Lebih dari itu, penelitian pada tahun 2016 dan 2019 menemukan bahwa LcS juga berperan dalam mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup," paparnya.
Menurut Dr. dr. Indra Wijaya, M.Kes, SpPD-KEMD, FINASIM, FACP dalam acara yang sama menjelaskan, jumlah mikrobiota dalam tubuh manusia sangat besar, bahkan melebihi jumlah sel tubuh. Mikrobiota paling banyak ditemukan di usus besar. Keberadaannya sangat dipengaruhi oleh pola makan, gaya hidup, serta usia.
"Usus merupakan pusat dari banyak aktivitas mikrobiota, dan jika usus kita sehat, maka tubuh secara keseluruhan pun cenderung sehat. Sebaliknya, usus yang tidak sehat dapat menjadi sumber berbagai penyakit," katanya.
"Mikrobiota mulai tumbuh sejak kita masih dalam kandungan, meningkat seiring pertumbuhan, dan menurun saat memasuki usia lanjut. Perlu diketahui, setiap bagian dari saluran pencernaan memiliki tingkat keasaman (pH) yang berbeda, yang memengaruhi jenis dan keberagaman mikrobiota di dalamnya, terbanyak tetap di usus besar," tambahnya lagi.
dr. Indra Wijaya menambahkan, ciri usus yang sehat bisa dilihat dari pola makan. Mengonsumsi sayur dan buah yang kaya serat membantu menjaga kesehatan usus. Asupan probiotik dari makanan atau minuman juga penting karena memiliki efek anti-inflamasi dan membantu menjaga keseimbangan mikrobiota.
Sebaliknya, pola makan tinggi protein hewani, gula, lemak, serta konsumsi obat-obatan jangka panjang dapat merusak usus dan memicu masalah seperti diare berkepanjangan, resistensi insulin, hingga gangguan fungsi kognitif.
"Peran probiotik tidak hanya membantu menjaga keseimbangan bakteri baik di dalam tubuh, tetapi juga meningkatkan sistem imun. Sumber probiotik dapat berasal dari yogurt, buttermilk, susu, dan susu pasteurisasi, selama mengandung bakteri seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium.
Penting juga untuk memahami peran prebiotik dan probiotik dalam mendukung kesehatan secara menyeluruh.
Ketidakseimbangan atau kurangnya keragaman mikrobiota di usus, terutama di kolon, bisa memicu berbagai penyakit, termasuk diabetes.
Untuk itu, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati, dan memiliki usus yang sehat merupakan kunci untuk hidup lebih panjang dan berkualitas.
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR