Tabloid-Nakita.com - Kasus bullying atau penindasan yang terjadi di sekolah pada anak-anak kian memprihatinkan. Data dari Unicef menunjukkan bahwa 50 persen anak melaporkan mengalami bullying di sekolah. Sementara itu, sebuah artikel di Psychology Today tahun 2015, melaporkan bahwa jika kasus bullying mengalami peningkatan yang signifikan.
Kondisi demikian pasti membuat orangtua khawatir. Sebab, orangtua mana yang rela buah hatinya diperlakukan kasar dan tidak dihargai oleh orang lain. Oleh karena itu, sekarang sebaiknya orangtua mencaritahu lebih dalam mengenai penyebab anak menjadi korban bully atau justru pelakunya.
Pelaku bully biasanya mengincar korban dengan ciri tertentu, yakni anak yang tak memiliki teman, terisolasi, atau sering menyendiri, seringkali minder, dan tak banyak perlawanan, demikian menurut psikolog Liza Marielly Djaprie, dalam kampanye Coca Cola Rayakan Namamu, beberapa waktu lalu.
Lalu, si anak yang pelaku bully biasanya memiliki masalah psikologis, misalnya masalah di keluarga yang membuat anak stres, dan mereka mengalihkannya dengan melakukan kekerasan di sekolah pada teman-temannya.
Namun ada persamaan yang menjadi penyebab anak menjadi korban bully atau pelaku bully, yaitu sama-sama tak memiliki konsep diri yang kuat. Konsep diri adalah cara seseorang memandang dirinya sendiri, misalnya potensi, kemampuan, dan posisinya di masyarakat.
"Ini semua terbentuk sedari kecil dari orangtua. Ada yang menyebutkan ucapan orangtua seperti doa. Jadi, berdoa yang baik-baik untuk anak. Konsep diri terbentuk dari peran atau sumbangan anak terhadap masyarakat,"ujar Liza.
Boleh dikatakan, yang bikin anak jadi korban bully sebenarnya perlakuan terhadap anak di rumah. Oleh karena itu, coba ubah cara Mama berkomunikasi dengan anak sekarang.
(KompasFemale)
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
KOMENTAR