Tabloid-Nakita.com - Keamanan dalam mengonsumsi mi instan akan selalu menjadi topik bahasan yang menarik, tak lain karena mi instan merupakan kudapan yang sangat populer di Indonesia. Macam-macam hal yang dijadikan alasan untuk mengurangi konsumsi mi instan, di antaranya kandungan bahan pengawet, kadar sodium yang tinggi, juga kurangnya nilai gizi dari makanan ini (Baca: Ini Bahaya Mi Instan Menurut YLKI).
Kemudian, apa efek bahan pengawet mi instan pada anak, yang sistem pencernaan pada tubuhnya belum berkembang dengan maksimal? Apa pula akibat keseringan makan mi instan pada orang dewasa?
Bahaya paparan bahan makanan sangat tergantung dari jenis bahan, jumlah paparan, dan kondisi setiap individu. Dalam jumlah tertentu dan bahan tertentu, tubuh masih bisa mentolerir. Tetapi pertanyaannya, seberapa banyak jumlah tertentu tersebut aman dapat dikonsumsi.
Hal ini sulit dijawab karena banyak faktor yang berpengaruh dan belum ada data ilmiah yang menunjukkan efek samping jangka panjang bahan pengawet tersebut. Sehingga rekomendasi untuk tidak mengonsumsi mi instan berlebihan pun selalu dikemukakan. Hal ini wajar terjadi karena berbagai konsumsi makanan lainnya pun selalu ada batas toleransi jumlah yang harus dikonsumsi seperti alkohol, kopi, atau makanan tertentu lainnya. Dalam jumlah berlebihan makanan tertentu akan mengganggu tubuh manusia.
Kondisi tubuh setiap individu juga sangat berpengaruh. Pada manusia sehat pada umumnya mungkin zat pengawet tersebut tidak terlalu berdampak karena sistem tubuh yang baik dapat mengeliminasi dan mengeluarkan zat kimia tersebut dalam tubuh. Tetapi pada penderita tertentu, khususnya pada anak yang sistem tubuhnya tidak berjalan sempurna, zat kimia tersebut sulit dibuang dari tubuh dan akan tersimpan dan mengganggu fungsi tubuh lainnya (Baca: Kandungan Sodium pada Mi Instan Sangat Tinggi).
Hal ini harus diwaspai pada usia anak dengan gangguan saluran cerna seperti hipermeabilitas Intestinal atau dikenal dengan Leaky Gut Syndrome. Gangguan hipersensitifitas saluran cerna ini biasanya terjadi pada penderita alergi makanan, seliak, intoleransi makanan, penderita Autism, ADHD, dan berbagai penderita gangguan metabolisme lainnya. Pada gangguan hipersensitivitas saluran cerna tersebut terjadi ketidakmatangan saluran cerna.
Penderita gangguan ini sebaiknya lebih mewaspadai penggunaan bahan pengawet termasuk mi instan. Gejala gangguan hipersensitivitas saluran cerna yang harus diwaspadai adalah gangguan BAB berupa kesulitan atau sering buang air besar. Gejala saluran cerna lainnya adalah mudah muntah, nyeri perut, mulut berbau, sering kembung, sering buang angin, air liur berlebihan, lidah sering kotor dan putih, dan berbagai gejala lainnya.
Berbagai berita yang menghebohkan mengenai mi instan sebenarnya bila dikaji dengan fakta ilmiah yang ada tidak seperti yang dikhawatirkan. Bahaya dan efek samping bagi tubuh akibat pengaruh methyl p-hydroxybenzoate dan benzoic acid bagi tubuh secara jangka panjang sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti (Baca juga: Bahan Pengawet Mi Instan Aman Dikonsumsi?).
Beberapa opini yang menyebutkan bahwa mi instan menyebabkan pemotongan usus, penyebab kanker dan berbagai hal menyeramkan lainnya, sampai sekarang masih belum terbukti secara ilmiah. Kalaupun opini tersebut muncul mungkin saja hanya berdasarkan hipotesa beberapa klinisi yang belum terbukti. Hanya terdapat laporan ilmiah bahwa konsumsi berlebihan dapat mengganggu lambung.
Fenomena ini juga terjadi pada fobia pada MSG (monosodium glutamate). Ternyata ketakutan pada MSG juga sampai 100 tahun penggunaannya di dunia hingga sekarang tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa MSG berbahaya bagi tubuh.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menggolongkan methylparaben dalam kategori Generally Recognized as Safe (GRAS). Artinya, bahan kimia ini bisa dan aman untuk digunakan pada sebagian besar produk makanan. Sebagai pengawet makanan, methylparaben memiliki keunggulan dibanding pengawet lain, yaitu lebih mudah larut air. Oleh karenanya, senyawa ini sering dipakai karena dinilai lebih aman saat terlibat kontak dengan cairan.
Kelebihan lainnya, methylparaben tidak hanya mencegah pertumbuhan bakteri pada makanan instan dan awetan. Lebih dari itu, senyawa ini juga bisa membantu menjaga kestabilan rasa sehingga makanan dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Di dalam tubuh, senyawa ini juga relatif aman karena mudah dimetabolisme. Karena mudah diserap, baik melalui saluran pencernaan maupun kulit, senyawa ini juga lebih cepat dikeluarkan dari dalam tubuh.
Baca: Salah Kaprah: Mi Instan Ditakuti, Mi Lain Digemari
(Kompas.com)
KOMENTAR