Tabloid-Nakita.com - Kelahiran prematur sangat erat kaitannya dengan kematian janin. Bayi yang terlahir prematur pun lebih tinggi risikonya mengalami gangguan kognitif, pendengaran hingga penglihatan. Semakin prematur bayi dilahirkan, semakin berat peralatan medis yang diperlukan untuk membantu pematangan organ-organ vital bayi agar dapat bertahan hidup.
Akan tetapi yang paling ditakutkan adalah paru-parunya belum matang. Jadi bayi harus segera masuk inkubator untuk menghangatkannya, memberinya nutrisi, dan membantu pernapasannya sampai dia bisa mengejar ketertinggalannya. Pada prematuritas ekstrem, bayi harus masuk NICU (Neonatal Intensive Care Unit).
Sedangkan kalau bayi lahir prematur tanpa fasilitas kesehatan memadai, misalnya di dukun bayi, yang harus dilakukan pertama kali adalah menghangatkannya karena bayi rentan sekali terhadap suhu. Bayi harus diselimuti, dihangatkan dengan botol air hangat, lalu dilarikan secepatnya ke rumah sakit. Kalau ASI Ibu sudah keluar, bayi boleh diberi ASI.
Sementara pada Ibu, dampak kelahiran prematur dapat mengakibatkan timbulnya stres berat (postpartum blues). Hal ini bisa terjadi terutama bila Ibu tak bisa mengelola tekanan mental saat menghadapi kesulitan yang menimpa buah hatinya.
Oleh karena itu, sangat ditekankan pentingnya pemeriksaan rutin kehamilan. Ibu pun perlu mengenali tanda-tanda kelahiran prematur seperti: rasa mulas dan kontraksi yang teratur, jarak kontraksi yang semakin pendek dan intens, serta keluar lendir disertai darah dari vagina.
Namun yang sering terjadi, Ibu hamil mengabaikan gejala-gejala ini karena merasa belum waktunya bersalin. Padahal, kalau sudah timbul tanda-tanda seperti itu harus langsung periksa ke bidan atau rumah sakit. Dokter di UGD pun dapat melihat, apakah benar itu tanda-tanda persalinan atau bukan. Semakin cepat terdeteksi, semakin cepat bisa ditangani untuk mencegah kefatalan.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
KOMENTAR