Tabloid-Nakita.com - Pada umumnya, Ibu hamil lebih memerhatikan makanan yang dikonsumsinya agar janinnya tumbuh dan dapat berkembang optimal. Padahal, air pun tak kalah pentingnya untuk kesehatan Ibu hamil.
Lalu, seberapa penting air untuk Ibu hamil?
Air dibutuhkan untuk mendukung lancarnya sirkulasi darah ke janin, produksi air ketuban (amnion), dan adanya peningkatan volume darah Ibu selama hamil. Tanpa asupan air yang mencukupi, dikhawatirkan akan terjadi kekurangan cairan dalam tubuh, terutama dalam sirkulasi darah Ibu, dikenal dengan istilah hipovolemia, baik yang terjadi secara akut maupun kronis.
Jika hipovolemia akut sampai terjadi, Ibu bisa mengalami kekurangan produksi air ketuban (amnion), selain juga bertambah lama proses persalinan. Lebih dari itu, kondisi ini juga akan memberikan gangguan pada janin, yang disebabkan kurang lancarnya sirkulasi darah ke janin. Sedangkan hipovolemia kronis dapat menyebabkan terjadinya, antara lain: infeksi dan batu saluran kemih, kesulitan BAB (konstipasi), serta kenaikan tekanan darah.
Itulah mengapa, Ibu hamil harus pula memerhatikan asupan air. Pertanyaannya, berapa banyak? Sesuaikan saja dengan kenaikan kecukupan energi selama masa Ibu hamil, yaitu sekitar 300—400 kalori. Untuk 1 kalori membutuhkan sekitar 1—1,5 ml air, jadi dibutuhkan tambahan 300—400 ml air dari biasanya (2.000 ml). Gampangnya, tambahkan asupan air sebanyak 2 gelas dari kebutuhan air biasanya, 8 gelas. Jumlah ini berlaku selama masa kehamilan ya, Bu, bukan hanya pada trimester 1 saja.
Asupan air dapat diperoleh dari minuman, terutama air putih, dan sisanya dapat diperoleh dari minuman jenis lainnya, seperti; jus, susu, atau teh. Bisa juga dari makanan, semisal makanan berkuah, seperti: sup, atau bisa juga didapat dari sayur dan buah yang kaya kandungan air, seperti: jeruk, nanas, jambu air, dan semangka. Pastinya, bila asupan air diperoleh dari air putih saja, maka tidak akan memengaruhi tambahan asupan energi, karena air putih tidak mengandung energi.
Nah, hari ini sudah minum berapa gelas, Bu?
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
KOMENTAR