TabloidNakita.com – Saat hamil, mungkin Mama menganggap bahwa satu-satunya faktor yang bisa mengganggu perkembangan bayi adalah kualitas buruk dari makanan dan minuman yang Mama santap. Namun, sebenarnya masih ada faktor lain, yang bila tidak disadari, juga bisa membahayakan janin, yaitu depresi. Depresi saat hamil harus diwaspadai.
Depresi adalah suatu gangguan mood yang kompleks. Depresi saat hamil biasanya memiliki gejala raut muka sedih, merasa sedih dalam jangka waktu lama (minimal dua minggu), terus merasa letih, dan kehilangan minat terhadap aktivitas sosial. Gejala lainnya dapat berupa sulit berkonsentrasi, tidak memiliki nafsu makan, sulit tidur, sakit kepala, merasa bersalah dan tidak berguna, serta hilang kepercayaan diri. Menurut Diana Dell, ahli kebidanan dan psikiater di Duke University, saat depresi, seseorang akan menghasilkan beberapa senyawa kimia yang sedikit berbahaya, seperti hormon stres kortisol. Lalu apa efek depresi saat hamil pada janin?
Depresi saat hamil tingkat berat memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi untuk keguguran di trimester pertama. Selain itu stres yang ia derita juga akan mempengaruhi cara si jabang bayi merespon stres yang akan ia alami kelak—sebagai contoh, setelah lahir si kecil lebih rentan mengalami stres saat menghadapi perubahan suasana dan masalah lainnya.
Meski begitu, bukan hanya faktor genetik saja yang berperan penting dalam pertumbuhan janin, tapi juga lingkungan—tempat anak tumbuh dalam keluarga yang menyayangi dan mendukungnya. Karena otak bayi sejak dalam kandungan akan terus mengalami perkembangan, mereka dapat mempelajari perilaku baru guna mengimbangi pengaruh prenatal tadi.
Jika depresi saat hamil bisa membahayakan si kecil, lalu apa yang sebaiknya dilakukan jika Mama mengalami depresi (terutama yang berat)? Segeralah bicarakan persoalan itu dengan keluarga dan berkonsultasilah kepada psikiater karena pengenalan awal dan pengobatan dapat membantu mengecilkan risiko apapun yang bisa mengenai janin Mama.
Mama, yuk hindari depresi saat hamil.
KOMENTAR