Tabloid-nakita.com - Ada sebuah penelitian menarik terkait dengan hubungan ayah dan bayi. Riset yang dilakukan Fakultas Kedokteran Universitas Calgary di Kanada pada 2001 menemukan hormon testosteron pada pria menurun sepanjang kehamilan istrinya. Sedangkan hormon prolaktin dan kortisolnya mengalami peningkatan kira-kira 3 minggu menjelang kelahiran si bayi, sama seperti yang dialami ibu menjelang persalinan.
Apa makna penelitian ini? Ternyata, ayah turut merasakan kehamilan yang dialami ibu. Setidaknya ia ikut deg-degan menjelang kelahiran sang buah hati. Rasa inilah yang akan menjadi pembuka kelekatan ayah dengan bayinya. Kelekatan ini akan terus terjalin. Sebuah riset lain menunjukkan, hormon prolaktin (hormon yang berhubungan dengan perasaan) meningkat pada diri ayah setiap kali mendengar tangisan sang buah hati. Dari sini terlihat metabolisme tubuh ayah “berhubungan” dengan bayinya.
Penelitian lain lagi yang dilansir www. babycenter. com mengungkapkan, cara menjalin kelekatan antara ibu dan ayah memang berbeda. Umumnya, ibu menjalin kelekatan lewat banyak melakukan komunikasi dengan suara yang lembut dan melakukan belai-belaian yang lembut pula. Sementara kelekatan ayah dengan bayi banyak dibangun melalui aktivitas bermain.
Adanya bukti bahwa ayah memiliki dasar-dasar kelekatan dengan bayinya tentu merupakan kabar baik. Ini setidaknya dapat mematahkan anggapan bahwa yang bertanggung jawab untuk menciptakan kelekatan dengan bayi hanyalah ibu semata.
Jadi para ayah, tak perlu ragu lagi untuk turut mengasuh dan merawat bayinya. Memang ada ayah yang tak mau “berdekat-dekatan” dengan sang buah hati, terutama di minggu-minggu pertama bayi lahir. Ini karena bayi dianggap sebagai makhluk lemah dan rentan, sehingga ayah jadi takut menyentuh apalagi menggendong dan menimang-nimangnya.
Semua ini wajar. Setiap keterampilan pasti memerlukan proses, termasuk keterampilan ayah untuk merawat dan mengasuh bayi. Jadi bila memang masih takut-takut, tak perlu langsung terlibat dalam aktivitas yang “sulit” seperti memandikan bayi atau menggendong. Keterlibatan yang ringan, seperti memberikan sentuhan/mengelus lembut atau sekadar mengajaknya mengobrol dan memegang jari jemari bayi, akan menyumbang berbagai manfaat bagi sang buah hati.
Ayo, Paps, segera sapa si buah hati dan bermainlah bersamanya!
Utami Sri Rahayu
Masih Banyak yang Keliru, Begini Cara Tepat Melakukan Toilet Training pada Anak
KOMENTAR