Tabloid-Nakita.com- Kurva pertumbuhan bayi alias kurva tumbuh kembang bayi ternyata punya “riwayat” unik. Jadisebelumtahun 2006, klinik atau rumah sakit menggunakan kurva tumbuh kembang bayi buatan CDC (Center for Disease Control and Prevention) tahun 2000. Kurva ini juga sempat digunakan di Indonesia sebagai acuan dari Kartu Menuju Sehat atau poster-poster yang ada di puskesmas atau posyandu.
Namun, menurut dr.WiyarniPambudi, SpA, saat ini kurva pertumbuhan yang ideal adalah kurva standar dunia buatan WHO tahun 2006. Karena pada kurva CDC ternyata ada beberapa kekurangan dari pengukuran yang membutuhkan revisi komprehensif.
BERDASAR SURVEI
Jadi Mam, pembuatan kurva tumbuh kembang selalu berdasarkan riset.Nah, perbedaan Kurva WHO dengan kurva lama (buatan CDC) adalah pengambilan data pada kurva lama dilakukan pada bayi-bayi yang mengonsumsi susu formula atau parsial dengan ASI. Sementara kurva WHO terbitan tahun 2006 diambil dari sampel 5 benua dari 6 negara. Bayi yang disurvei adalah bayi sehat, lahir cukup bulan dengan pola pengasuhan ideal, seperti bayi yang mendapat ASI eksklusif, menerima makanan pendamping usia >4 bulan, masih terus disusui hingga usia >1 tahun, imunisasi lengkap, dan ibunya bukan perokok.
Dengan kurva lama, berat badan bayi yang harusnya dalam range normal akan dianggap kurus (karena standarnya saja sudah berbeda). “Kurva tahun 2000 yang mensurvei bayi-bayi yang diberikan susu formula tidak bisa dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif. Karena bayi dengan susu formula bisa saja gemuk, tapi belum tentu sehat,” jelas Wiyarni.
Nah, untuk saat ini kurva yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan adalah juga kurva pertumbuhan WHO tahun 2006.
Boks
Apa Saja yang diukur dalam kurva WHO terbaru?
Masing-masing dari pengukuran ini dibedakan sesuai jenis kelamin dan rentang usia. Namun, di Indonesia minimal tenaga kesehatan dapat menggunakan 3 kurva buatan WHO iniyang paling penting: Berat badan/umur (BB/U), Tinggi badan/umur (TB/U), Berat badan/umur (BB/U).
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
KOMENTAR