Amarah batita bisa diibaratkan seperti badai: terjadi tiba-tiba dan kadang di luar kendali. Satu menit Anda dan batita sedang menikmati makan malam bersama di restoran, dan menit selanjutnya batita mulai merengek lalu berteriak sekencang-kencangnya karena sedotan mereka tertekuk. Faktanya, anak usia antara 1-3 tahun sangat mudah mengamuk.
Meski begitu Anda tidak perlu khawatir. Sebab sebenarnya ini merupakan wujud dari respon mereka terhadap situasi frustrasi. Batita mulai mengerti banyak kata yang mereka dengar, tapi masih memiliki keterbatasan dalam kemampuan untuk memproduksi kata tersebut dalam bentuk verbal.
Berikut tip-tip yang bisa dicoba untuk meredam amarah batita:
1. Tetap tenang.
Amukan bukanlah pemandangan yang enak dilihat. Selain berteriak, menendang, dan menggeliat di lantai, kadang amukan batita suka diikuti dengan tindakan melempar barang dan memukul. Meskipun sulit ditangani, tapi tindakan ini merupakan perilaku normal yang dilakukan batita saat emosi. Ketika batita sedang emosi, mereka tidak bisa mendengarkan apapun dan cenderung merespon negatif segala teriakan dan ancaman Anda.
Sebenarnya, berada bersama batita ketika mereka sedang emosi adalah ide yang bagus. Sebab jika Anda pergi keluar ruangan atau meninggalkan batita hanya akan membuat mereka merasa ‘dibuang’. Perubahan emosi yang batita alami bisa membuat mereka pun takut, dan mereka akan sangat menghargai jika Anda selalu ada di dekat mereka.
Apabila Anda juga merasa frustrasi, para ahli menyarankan untuk meninggalkan kamar batita secara perlahan selama beberapa menit dan kembalilah ketika batita sudah berhenti menanggis. Dengan bersikap tenang, Anda juga akan membantu batita untuk bisa tenang.
Beberapa ahli menyarankan untuk mengangkat dan mengendong batita jika memungkinkan. Sebab bagi batita kontak fisik ini akan memberikan ketenangan. Sedangkan para ahli yang lain menyarankan untuk mengabaikan batita hingga mereka tenang terlebih dulu.
Kadangan metode time-out juga bisa solusi yang jitu, asalkan batita sudah memiliki usia yang cukup (18 bulan). Karena umur yang terlalu kecil hanya akan membuat mereka merasa ditinggalkan. Melalui trial and error, Anda akan belajar metode terbaik yang bisa diterapkan. Ingat, konsistensi adalah kuncinya.
2. Ingat kalau Anda adalah orang dewasa.
Tidak peduli berapa lama batita mengamuk, jangan menyerah dengan tuntutan mereka yang tidak masuk akal atau mencoba bernegosiasi dengan batita yang sedang berteriak. Terutama jika tujuan Anda hanya untuk menghindari rasa malu di area publik. Jangan pedulikan apa yang orang lain pikirkan, karena setiap orang tua akan mengalami situasi seperti ini. Dengan menyerah, Anda hanya akan mengajarkan batita bahwa emosi adalah cara terbaik untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, dan ini bisa berbahaya untuk konflik di masa depan.
Ketika amarah batita meningkat sehingga mereka mulai memukul, melempar, dan berteriak secara nonstop, angkat dan bawa batita ke tempat yang aman seperti kamar tidur mereka. Katakan alasan mereka dibawa kesana, dan beritahu mereka kalau Anda akan bersama denganya hingga mereka tenang. Jika Anda sedang di area publik, bersiaplah untuk meninggalkan tempat bersama batita sampai mereka tenang.
3. Ajak mereka bicara setelah usai.
Ketika badai sudah berlalu, peluk batita dan bicarakan tentang apa yang terjadi. Diskusikan mengenai emosi dengan bahasa yang sederhana dan pahami rasa frustrasi yang dialami batita. Bantu mereka menempatkan perasaan yang dialami dalam bentuk kata, seperti, “Kamu sangat marah karena tidak suka makanannya ya?”. Biarkan mereka melihat bahwa mengekspresikan perasaan dengan kata-kata akan memberikan hasil yang lebih baik. Katakan dengan senyuman,”Maaf Ibu tidak mengerti kamu. Kalau kamu tidak berteriak, ibu bisa mengerti apa yang kamu mau.”
4. Beritahu batita kalau Anda mencintainya.
Ketika sudah tenang dan Anda memiliki kesempatan untuk berbicara tentang amarah mereka. Berikan batita pelukan dan katakan Anda mencintai mereka. Sangat penting untuk memberikan penghargaan akan sikapnya yang baik, termasuk ketika mereka bisa tenang.
5. Cari tahu pemicunya.
Perhatikan pada situasi apa ‘tombol’ amarah batita menyala. Jika muncul ketika batita lapar, selalu bawalah camilan bersama Anda. Apabila pemicunya karena mereka sulit melakukan transisi dari satu aktivitas ke aktivitas yang lain, berikan mereka peringatan halus sebelum perubahan terjadi. Dengan memberikan ancang-ancang perpindahan dari tempat bermain menuju kamar mandi misalnya, akan memberikan mereka kesempatan untuk menyesuaikan diri ketimbang bereaksi.
Saat gejala amarah akan muncul, coba alihkan pikiran batita dengan membawanya berganti lokasi. Memberikan mereka mainan favorit, atau melakukan hal-hal yang mereka tidak perkirakan, seperti membuat ekspresi yang konyol atau menunjuk burung yang sedang ada di atas pohon, bica cukup membantu.
Batita Anda semakin lama akan semakin mandiri, jadi berikanlah pilihan selagi Anda bisa. Sebab tidak ada yang suka diberitahu apa yang harus dilakukan setiap saat. Lebih baik, “Mau pilih mana, jagung atau wortel?”, ketimbang, “Ayo makan wortelnya!”. Perhatikan juga seberapa sering Anda mengatakan, “Tidak” pada batita. Jika Anda merasa sering, berarti sebenarnya Anda sedang menciptakan stres yang tidak perlu untuk Anda dan batita. (AA)
KOMENTAR