TabloidNakita.com - Studi baru mengungkapkan, jumlah kasus gagap pada anak usia prasekolah cenderung mengalami peningkatan. Kenaikannya bahkan bisa mencapai hingga lebih dari dua kali lipat dari jumlah kasus yang dilaporkan sebelumnya. Namun orangtua diimbau tak perlu khawatir, pasalnya gagap tidak akan mempengaruhi perkembangan mental anak.
Menurut para peneliti, anak-anak dengan gangguan bicara sebenarnya cenderung memiliki kemampuan lebih baik dibandingkan teman sebayanya ketika mencapai usia prasekolah. Demikian pula dengan anak-anak gagap.
Studi para peneliti dari Murdoch Children's Research Institute menemukan, kegagapan tidak memiliki pengaruh negatif pada perkembangan bahasa, tempramen, dan kesehatan mental anak. Gagap tak pengaruhi kecerdasan anak.
Dalam studi tesebut, para peneliti melakukan analisa terhadap lebih dari 1.600 anak-anak, dari usia bayi hingga empat tahun. Mereka menemukan, sebanyak 11 persen anak-anak di antara jumlah tersebut mengalami gagap. Angka tersebut dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya yang hanya menyebutkan lima persen.
Ketua studi Profesor Sheena Reilly mengatakan, studi sebelumnya kurang akurat dalam menentukan banyaknya kasus gagap karena tidak ikut mendata anak di bawah usia tiga tahun. Padahal setelah dilakukan studi, kebanyakan kasus gagap terjadi pada usia antara dua dan tiga tahun.
Dia mengatakan, studi ini seharusnya mampu meyakinkan orangtua untuk tidak perlu terburu-buru melakukan intervensi pada anak gagap. Ini karena gagap tidak mempengaruhi perkembangan bahasa, sosial, dan emosional anak. "Orangtua harus yakin gagap tidak berhubungan dengan kemampuan anak yang lebih buruk di kemudian hari," ujarnya.
Menurut Reilly, orangtua sebaiknya menunggu hingga paling tidak 12 bulan sebelum memulai intervensi. Bisa lebih cepat jika anak mulai berhenti berbicara atau adanya gangguan lainnya.
Studi juga menemukan, laju kesembuhan gagap menunjukkan angka yang masih rendah, yaitu kurang dari tujuh persen. Anak laki-laki lebih mungkin untuk menjadi gagap, namun laju kesembuhannya tertinggi dalam jangka waktu 12 bulan.
"Kami belum mengetahui kenapa laju kesembuhannya rendah. Beberapa anak bisa sembuh dari gagap dengan sendirinya, sementara anak gagap lainnya perlu pengobatan," paparnya.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
KOMENTAR