Selama pendengarannya normal, setiap anak sejak lahir dibekali dengan kemampuan menangkap keindahan musik. Jadi kalau disetelkan musik, batita pasti menikmatinya.
Permainan yang menggunakan lagu dan tari bermanfaat untuk mengasah kecerdasan musikal, kinestetik, memahami instruksi, menciptakan suasana gembira, membuat anak relaks, mengenal huruf, angka, anggota tubuh dan sebagainya.
* Kepala Pundak Lutut Kaki.
Nyanyikan lagu anak-anak Kepala Pundak Lutut Kaki. Contohkan gerakan yang harus diikuti anak, menyentuh kepala saat syairnya menyebutkan kepala, lalu pundak, lutut, kaki dan seterusnya.
* Tarian sederhana.
Setelkan lagu anak-anak bernada riang, minta padanya untuk mengikuti beberapa gerakan yang Anda ciptakan. Untuk usia batita sebaiknya cukup 3--4 gerakan berturut-turut, lalu diulangi lagi. Bisa juga memanfaatkan lagu yang sudah ada, misalnya Naik Kereta Api, dengan menari sambil memegang pundak ke belakang membentuk kereta api, atau naik delman dan seterusnya.
* Jongkok berdiri duduk.
Hampir sama dengan permainan di atas, yakni setelkan lagu dan minta anak mengikuti instruksi, namun kali ini perintahnya adalah jongkok, berdiri, duduk. Di tengah-tengah lagu orangtua memberi aba-aba salah satu gerakan itu, kalau jongkok berarti anak harus jongkok, duduk harus duduk, berdiri kembali berdiri. Acak aba-aba itu sehingga anak harus berkonsentrasi mendengarkan perintahnya. Kesalahan yang dilakukan justru membuat permainan menjadi fun.
RAMBU-RAMBU BERMAIN
Bermain di usia batita tidak akan memberi manfaat maksimal jika orangtua hanya menyediakan peralatan yang dibutuhkan, lalu menjadi penonton. Ini jelas kurang efektif. Orangtua harus aktif terlibat karena saat bermain bersama, orangtua sekaligus bisa menstimulasi anak melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan atau contoh-contoh bagaimana melakukan sesuatu dengan benar. Selain itu, bermain bersama membangun kedekatan orangtua dengan anak.
Saat bermain bersama, libatkan diri sepenuh hati. Jangan salah, si batita bisa merasakan lo, apakah ayah-ibu sungguh-sungguh bermain dengannya atau sekadar berada bersamanya, tapi pikiran dan hatinya entah di mana.
Lalu, jangan bosan untuk terus mengulangi apa pun yang Anda contohkan padanya. Mengajari batita memang harus sabar. Tapi juga jangan mendominasi melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukannya, yang ujung-ujungnya anak malah sekadar menonton ayah/ibunya bermain. Di usia batita, inti belajar adalah mengulang dan mengulang.
Patut diperhatikan pula rentang perhatian anak masih sangat pendek. Ia segera kehilangan konsentrasi begitu ada sesuatu yang membuat perhatiannya teralihkan. Karenanya orangtua jangan memotong/menciptakan kegaduhan baru saat anak mengerjakan/mengamati sesuatu, sebab akan membuat perhatian/konsentrasinya terputus.
KOMENTAR