Menggambar bermanfaat untuk mengekspresikan emosi anak. Orangtua bisa melihatnya dari warna-warna yang dipilihnya hari itu, misalnya coretan dengan warna merah dan hitam, bisa jadi anak sedang marah. Tapi kalau memilih warna-warna cerah, besar kemungkinan hatinya sedang gembira. Menggambar juga bisa dimanfaatkan sebagai media penyalur emosi yang positif. Daripada menangis/tantrum, salurkan emosinya dengan membuat coret-coretan di atas kertas.
Sediakan kertas gambar dan pensil warna. Tidak harus kertas baru/buku gambar, orangtua bisa menggunakan kertas yang baru terpakai satu sisi. Selain hemat sekaligus menerapkan prinsip reuse. Kalau anak mulai suka mencoret-coret dinding, lapisi dinding dengan plastik bening. Tak perlu seluruh dinding, cukup setinggi tubuhnya saja, namun memanjang sehingga bidang yang bisa dicoret-coret luas. Orangtua bisa membeli plastik meteran di toko plastik atau menggunakan plastik bekas laundry.
Sesekali, sediakan kertas yang agak besar dan cat air. Supaya tidak membuat berantakan rumah, lakukan di teras atau halaman. Biarkan ia menggunakan cat air sepuasnya. Di beberapa kota yang mempunyai program car free day, biasanya ada spot yang bisa digunakan anak-anak untuk menggambar di atas aspal dengan menggunakan kapur tulis. Kalau di kota Anda juga ada, boleh ajak si batita menikmati permainan ini. Kemampuan memegang pensil warna/kuas cat air bermanfaat untuk melatih kemampuan motorik halusnya.
RAMBU-RAMBU BERMAIN
Bermain di usia batita tidak akan memberi manfaat maksimal jika orangtua hanya menyediakan peralatan yang dibutuhkan, lalu menjadi penonton. Ini jelas kurang efektif. Orangtua harus aktif terlibat karena saat bermain bersama, orangtua sekaligus bisa menstimulasi anak melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan atau contoh-contoh bagaimana melakukan sesuatu dengan benar. Selain itu, bermain bersama membangun kedekatan orangtua dengan anak.
Saat bermain bersama, libatkan diri sepenuh hati. Jangan salah, si batita bisa merasakan lo, apakah ayah-ibu sungguh-sungguh bermain dengannya atau sekadar berada bersamanya, tapi pikiran dan hatinya entah di mana.
Lalu, jangan bosan untuk terus mengulangi apa pun yang Anda contohkan padanya. Mengajari batita memang harus sabar. Tapi juga jangan mendominasi melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukannya, yang ujung-ujungnya anak malah sekadar menonton ayah/ibunya bermain. Di usia batita, inti belajar adalah mengulang dan mengulang.
Patut diperhatikan pula rentang perhatian anak masih sangat pendek. Ia segera kehilangan konsentrasi begitu ada sesuatu yang membuat perhatiannya teralihkan. Karenanya orangtua jangan memotong/menciptakan kegaduhan baru saat anak mengerjakan/mengamati sesuatu, sebab akan membuat perhatian/konsentrasinya terputus.
KOMENTAR