Gejala-gejala yang diawali dari masalah psikologis, bisa berdampak gangguan kesehatan fisik.
Sebab itu, tak heran bila di hari-hari pertama ibu bekerja, bayi terlihat sering menangis.
Hal ini wajar saja karena besar dugaan, inilah cara komunikasi bayi yang ingin menyampaikan pesan kepada ibu bahwa dirinya tidak mau ditinggal, dan ingin terus berada di sisi ibu setiap waktu.
Ketika Si Kecil terbiasa dengan rutinitas barunya, lambat laun tangisannya pun akan berkurang.
Namun, durasi berkurangnya tangisan tidak bisa sama persis pada semua anak.
Hal itu dipengaruhi juga oleh faktor temperamen anak.
Bagi yang bertemperamen easy child akan lebih cepat ditenangkan ketika menangis, dibandingkan anak yang bertemperamen slow to warm up bisa jadi menangisnya lebih lama.
BACA JUGA: Tekanan Darah Tinggi Sebelum Hamil Berisiko Alami Keguguran, Benarkah?
Ragam Penyebab dan Solusi
Meski setelah masa adapastinya lewat kerewelan anak berangsur reda, tak ada salahnya Moms mengetahui lebih detail apa penyebab kerewelan anak dan mengapa kesehatannya bisa terganggu ketika ditinggal ibu. Di antaranya;
-Pola pemberian ASI berubah.
Misalnya saja, ASI perahan langsung diberikan lewat botol, bukannya dengan menggunakan sendok.
Padahal pemberian dengan sendok paling tepat untuk menghindari bingung puting.
Agar bayi tak kaget, mulailah mengenalkan ASI perah kepada anak minimal dua minggu sebelum ibu bekerja.
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR