Tabloid-Nakita.com - Selagi kecil, orangtua sering bilang, "Habis makan jangan lupa gosok gigi ya." Di sekolah pun setali tiga uang, guru-guru selalu mengingatkan agar murid-murid di sekolah membersihkan giginya usai makan. Walhasil, gosok gigi setelah makan menjadi kebiasaan yang dianggap sehat.
Sayangnya, berdasarkan kacamata kesehatan, menggosok gigi langsung setelah makan sebenarnya kurang tepat. Melainkan tunggu beberapa saat sekitar 30 menit. Artinya, jangan langsung gosok gigi setelah makan.
Sebab, menurut penelitian yang tercantum pada jurnal internasional kedokteran gigi pada bulan Agustus 2012, disebutkan bahwa menyikat gigi langsung setelah minum minuman asam seperti soda dapat menyebabkan kehilangan lapisan dentin secara ireversibel, dibandingkan dengan menunggu dulu selama 1 jam sampai 2 jam. Penelitian ini dilakukan melalui scanning electron microscopy dan atomic force microscopy. Kesimpulan penelitian tersebut yaitu menyikat gigi sebaiknya dilakukan setidaknya menunggu 1 jam setelah mengkonsumsi makanan dan minuman yang asam untuk mencapai pembersihan yang maksimal dan mencegah terjadinya lesi pada dentin gigi.
Penelitian lain pada tahun 2003, juga menyebutkan waktu yang seharusnya dilakukan untuk menyikat gigi adalah 30 menit sampai 1 jam setelah makan. Penelitian ini menyebutkan bahwa menyikat gigi langsung setelah minum minuman berkarbonasi dapat menyebabkan kehilangan lapisan email gigi, dibandingkan dengan menunggu selama 30 menit sampai 60 menit.
Oleh karena itu, sebaiknya waktu menyikat gigi setelah makan dan minum terutama yang mengandung asam, adalah menunggu 1 jam sampai 2 jam kemudian. Hal ini akan memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada email dan dentin gigi untuk melakukan pertahanan secara otomatis terhadap asam oleh air liur dalam mulut. Serta dapat mencegah terjadinya lesi pada email dan dentin gigi.
TIP HILANGKAN BAU MULUT
Kemudian, untuk pertanyaan selanjutnya, hal apa yang harus dilakukan setelah menyikat gigi supaya tidak muncul bau mulut kembali?
Salah satu penyebab timbulnya bau mulut adalah adanya interaksi antara sisa makanan yang masih menempel di permukaan gigi dengan bakteri di dalam mulut. Mungkin saja metode penyikatan gigi yang anda lakukan saat ini belum optimal, sehingga masih terdapat sisa-sisa makanan yang menempel di gigi.
Coba lakukan penyikatan gigi dengan membuat gerakan melingkar besar pada permukaan depan gigi, samping kanan dan kiri. Kemudian gerakan menarik ke arah luar pada permukaan gigi dalam dekat lidah dan langit-langit. Serta gerakan maju mundur pada permukaan di atas mahkota gigi (oklusal gigi). Lakukan gerakan tersebut secara perlahan, tidak menekan, serta gunakan sikat gigi dengan bulu sikat yang sedang sampai medium dan kepala sikat yang kecil. Lakukan dalam waktu minimal 2 menit, jadi jangan terburu-buru dalam menyikat gigi anda. Tambahkan juga obat kumur yang tidak mengandung alkohol sebagai anti bakteri bagi mulut anda.
Baca : Jangan pasang stiker Happy Family ini di mobil. Ini bahayanya
Apa yang anda lakukan saat ini untuk mencegah bau mulut setelah sikat gigi memang kurang tepat. Makan camilan setelah sikat gigi justru akan menimbulkan bau mulut kembali dan bahkan dapat menyebabkan gigi anda berlubang.
Penyebab bau mulut lainya adalah kurangnya aliran air ludah di dalam rongga mulut. Pada saat mulut kita tidak melakukan aktivitas apapun seperti mengunyah, maka aliran air ludah di dalam mulut kita akan berkurang. Hal inilah yang dapat meningkatkan keasaman dalam mulut dan dapat menyebabkan bau mulut setelah menyikat gigi. Mengganti camilan dengan mengkonsumsi air mineral setelah menyikat gigi juga dapat mengurangi bau mulut, sebab aliran air ludah anda akan meningkat dan suasana asam di dalam mulut akan menjadi netral.
Saat ini, anda coba dahulu saran yang saya berikan. Jika belum berhasil, mungkin anda harus ke Dokter Gigi dan dilakukan pemeriksaan serta perawatan. Sebab bau mulut yang timbul kembali setelah menyikat gigi, bisa juga berasal dari adanya gigi berlubang, tambalan yang tidak tepat, penyakit jaringan pendukung gigi, dan sebagainya.
Narasumber : drg. Citra Kusumasari, SpKG
Sumber: Kompas Health
KOMENTAR