Tabloid-Nakita.com - Menurut data Riskesdas 2014, persentase perilaku konsumsi makanan berlemak pada penduduk Indonesia dengan usia lebih dari 10 tahun sebesar 40,7%. Padahal, rekomendasi asupan lemak berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang adalah tidak lebih dari 25% kebutuhan energi per harinya. Ya, lihat saja menu favorit si kecil, mulai fast food atau makanan yang sering dikonsumsinya di rumah, pasti banyak yang mengandung lemak.
“Lemak jenuh yang dikonsumsi secara berlebihan dapat sebabkan kolesterol dan timbulkan risiko penyakit jantung koroner. Namun, lemak tidak jenuh dapat membantu penyerapan vitamin larut lemak seperti A, D, E dan K, membantu produksi hormon dan meningkatkan sistem imun,” papar Maria Dewantini Dwianto, Head of Corporate Communications PT Unilever Indonesia Tbk beberapa waktu lalu dalam acara “Jakarta Food Editor's Club”.
Oleh sebab itu, edukasi tentang pentingnya mengonsumsi lemak baik terus digalakkan agar masyarakat tahu dan bisa bersahabat dengan lemak tanpa menimbulkan berbagai penyakit degeneratif seperti stroke, jantung, dan diabetes.
IMBANGI DENGAN CARA MEMASAK
Untuk melengkapi pemahaman soal lemak, masyarakat perlu mengetahui juga cara masak yang rendah lemak. Contohnya, daging ayam mengandung protein, selenium, zat besi, dan zinc yang sangat baik untuk membangun jaringan tubuh dan juga dapat meningkatkan kesehatan. Karenanya, perlu dikonsumsi.
Namun, tak dapat disangkal, ayam terasa gurih karena lemaknya. Apalagi jika digoreng dalam minyak yang banyak (deep frying). Belum lagi kalau memasak ayam diberi santan, maka lemaknya akan bertambah lagi. Oleh karenanya, pilihlah cara mengolah makanan yang lebih sehat. Membiasakan memasak dengan metode seperti menumis, mengukus dan memanggang dapat dilakukan untuk meminimalisasi kandungan lemak yang ada di dalam bahan makanan.
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
KOMENTAR