TabloidNakita.com - Saat kakak adik bertengkar, Orangtua sering kali langsung turun tangan mengatasi pertengkaran atau konflik kakak adik. Padahal, biar anak mengatasi konfliknya sendiri. Apalagi jika usia kedua anak tak terlalu jauh berbeda, dorong mereka untuk belajar menyelesaikan pertengkaran dengan cara mereka sendiri, alias mengatasi konfliknya sendiri. Cara ini pun bisa diterapkan jika usia mereka berjarak cukup jauh, asal si adik sudah mampu mengkomunikasikan perasaan/keinginannya secara verbal.
Tidak bijak bila orang tua langsung "masuk" sebagai dewa penyelamat dan tidak memberi kesempatan pada anak mengatasi konfliknya sendiri. Pasalnya, dari bertengkar, kemampuan anak dalam mengatasi masalah jadi terasah. Paling tidak, anak belajar mengemukakan sekaligus mempertahankan pendapatnya. Contoh, "Adik, kan, enggak mau gelap.", yang disahuti, "Lo, Kakak sengaja matikan lampunya supaya kita bisa berhemat, kok."
Jadi, beri kepercayaan pada anak untuk mengatasi konfliknya sendiri, ya, biarkan mereka menemukan apa masalah kakak adik bertengkar dan bagaimana jalan keluarnya. Dengan terbiasa orang tua tampil jadi penengah, anak terbiasa dicarikan solusinya oleh orang tua hingga anak tak belajar apa-apa.
Lain hal kalau masalahnya terlalu pelik atau sudah dalam taraf membahayakan, semisal diwarnai kekerasan fisik, yang biasanya awalnya dengan saling berteriak, tapi lalu disertai dengan saling jambak atau malah saling tinju. Begitu juga bila sudah ada kata-kata penghinaan/pelecehan yang bakal menghantam harga diri anak, orangtua harus intervensi. Jangan biarkan anak mengatasi konfliknya sendiri.
KOMENTAR