Sebagai calon orangtua, Anda punya tanggung jawab yang sangat besar untuk merawat dan mendidik anak sebaik-baiknya. Inilah alasan mengapa keputusan hamil dan mempunyai anak adalah keputusan serius dan tak boleh dilakukan asal-asalan. Berikut ini ada 5 alasan keliru yang sering kali menjadi landasan orang untuk hamil. Pastikan Anda tak ikut terjebak di dalamnya.
Alasan keliru #1: Anda sedang bosan dan merasa ingin mengurus sesuatu.
Setelah menikah, beberapa perempuan memutuskan untuk mendedikasikan diri sepenuhnya di rumah. Dengan menjadi ibu rumah tangga, Anda punya banyak waktu luang untuk mengurus banyak hal, sampai pada satu titik Anda kehabisan kegiatan dan akhirnya bosan. Kondisi kebosanan inilah yang sering kali disalahartikan orang sebagai kondisi “kepengin hamil”. Jika ingin sesuatu untuk diurus, cobalah temukan hobi-hobi baru yang belum pernah (sempat) Anda coba, contohnya berkebun, mencari-cari informasi soal rumah di internet, atau ikut kelas memasak. Trik ini bisa membuktikan, Anda sedang ingin cari kegiatan saja atau memang rindu memiliki anak. Selagi bisa, nikmatilah waktu luang yang dipunya untuk melakukan banyak hal.
Alasan keliru #2: Khawatir, subur atau mandul?
Walaupun tubuh dalam keadaan sehat, Anda tak pernah tahu apakah benar-benar bisa hamil atau tidak, sampai Anda mencobanya sendiri. Pikiran semacam inilah yang sering kali mendorong orang untuk memutuskan hamil. Padahal jika dikaji dan ditimbang lagi, keputusan hamil itu hanyalah untuk memuaskan rasa penasaran dan menjadi jawaban atas keraguan, belum tentu karena Anda benar-benar menginginkannya. Setiap orang memiliki pengalaman hamil yang berbeda-beda: ada yang harus berusaha berbulan-bulan, ada yang berhasil hamil pada percobaan pertama, atau bahkan ada yang bisa hamil tanpa “usaha” sedikitpun. Pikirkan hal yang terbaik dan positif tentang kehamilan, dan ambil keputusan untuk memiliki anak saat Anda dan pasangan benar-benar ingin dan siap mental.
Alasan keliru #3: Semua orang sudah punya anak.
Hamil dan mempunyai anak bukan keputusan main-main dan ajang seru-seruan dengan teman atau saudara. Kelahiran anak dapat mengubah hidup Anda dan pasangan secara signifikan. Karena itu, ada banyak hal yang harus dipikirkan matang-matang sebelum hamil, misalnya siapa yang mengurus si buah hati jika Anda kerja? Bagaimana dengan biaya melahirkan, berobat, dan sebagainya? Apakah kondisi kehidupan Anda mendukung untuk punya anak? Intinya, untuk menjadi orangtua yang baik, Anda harus benar-benar matang dalam mengambil keputusan. Bukan karena teman-teman sudah menimang bayi dan terlihat bahagia, maka Anda juga harus seperti mereka. Di luar sana, ada banyak ibu yang mengaku menyesal punya anak karena mereka stres saat si kecil tantrum, tak punya waktu untuk kongkow bersama teman, liburan, atau memanjakan diri. Anda tentu tak ingin sama seperti mereka, bukan?
Alasan keliru #4: Untuk perbaiki hubungan dengan pasangan
Benar kata pepatah, anak adalah pemberian terbesar yang harus dirawat dengan penuh tanggung jawab. Sayangnya, sebagian perempuan justru menginginkan anak untuk diberi tanggung jawab, misalnya untuk memperbaiki hubungan dengan pasangan atau untuk mengisi kekosongan dalam rumah tangga. Menaruh harapan besar pada anak untuk mengatasi masalah Anda dan pasangan adalah keputusan yang kurang bijak, sebab ekspektasi itu bisa saja tidak terpenuhi. Jika sudah begini, ada kemungkinan Anda justru menumpahkan kesalahan pada si buah hati nantinya. Sebelum memutuskan untuk membentuk keluarga kecil, terlebih dahulu perbaiki masalah-masalah yang ada antara Anda dan pasangan. Ingat-ingatlah hal hebat yang membuat Anda dan pasangan memutuskan untuk menikah dan membentuk keluarga. Jika Anda berdua sudah mantap dari sisi emosional, barulah rencanakan kehamilan.
Alasan keliru #5: Tekanan dari orangtua.
Walaupun Anda sudah dewasa dan bisa mengambil keputusan sendiri, orangtua akan selalu ingin ambil bagian dalam hidup yang dijalani anaknya. Tak aneh bila mereka kerap menyuruh Anda untuk bertunangan, cepat-cepat menikah, dan memberi kode-kode halus agar Anda segera hamil dan punya anak. Bila Anda dan pasangan merasa belum siap secara mental atau mungkin finansial, jangan ragu untuk menjelaskannya pada orangtua. Cukup dengarkan keinginan mereka dengan sabar, lalu jelaskanlah dengan tenang dan sopan bahwa Anda dan pasangan punya keputusan dan cara sendiri untuk membentuk keluarga. Katakan, bila sudah waktunya Anda hamil, orangtualah yang pertama kali menerima kabar baiknya.
Deasy Christina Siallagan
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
KOMENTAR