Nakita.id - Setiap ibu menginginkan persalinan normal dan lancar ketika melahirkan buah hatinya. Bagi ibu yang tidak memiliki kondisi medis tertentu, ada hal yang perlu Ibu tahu mengenai tahap-tahap persalinan normal.
Kala I: PEMBUKAAN
Inilah tanda dimulainya proses persalinan normal. Berawal dari fase laten, yakni saat datang kontraksi ringan yang hilang timbul.
Ditandai dengan mulas yang semakin teratur tetapi belum terlalu kuat, disertai keluarnya lendir bercampur darah, dan adanya pembukaan mulut rahim dari 0–3 cm.
(Baca juga : 7 Keuntungan Melahirkan Secara Normal yang Jadi Impian Ibu Hamil)
Dilanjutkan dengan fase aktif, yaitu pembukaannya sudah mencapai 4 cm, mulas semakin kuat, kadang disertai pecahnya selaput ketuban, dan berakhir bila pembukaan telah mencapai 10 cm atau disebut juga pembukaan lengkap.
Dari fase laten sampai pembukaan lengkap memakan waktu sangat lama, bisa 10 hingga 18 jam. Selama menunggu pembukaan, ibu akan terus dipantau. Usahakan untuk tetap relaks.
Kebanyakan ibu mengeluh nyeri pada punggung dan perut bagian bawah pada tahap persalinan normal ini.
(Baca juga : 7 Tip Agar Ibu Mudah Melahirkan Normal)
Keluhan semakin memuncak pada akhir tahapan ini di saat kontraksi makin kuat dan mulut rahim hampir terbuka sepenuhnya. Adakalanya kontraksi sudah dimulai secara teratur, tapi berhenti di tengah proses tahapan ini sehingga persalinan tak juga mengalami kemajuan selama beberapa jam.
Biasanya dokter akan melakukan akselerasi persalinan, yaitu suatu upaya untuk mempercepat proses persalinan.
(Baca juga : Kebiasaan Saat Hamil Ini Dapat Membantu Ibu Melahirkan Secara Normal)
Kala II: PENGELUARAN BAYI
Tahapan persalinan normal ini dimulai saat mulut rahim sudah terbuka penuh sampai dengan pengeluaran bayi.
Biasanya waktunya lebih singkat dibandingkan dengan kala satu, kira-kira 1-2 jam untuk kelahiran pertama, dan lebih singkat untuk kelahiran anak berikutnya.
Pada tahap persalinan normal ini, ibu baru boleh mengejan. Dokter dan bidan akan membimbing waktu dan cara mengejan yang benar, yaitu dipusatkan di jalan lahir, agar ibu tidak kehabisan tenaga.
Kala dua persalinan normal ini juga disebut sebagai tahap kritikal, karena semua prediksi awal persalinan bisa berubah sama sekali dari perkiraan.
Jika terdapat komplikasi persalinan, kemungkinan persalinan akan diakhiri dengan bedah sesar. Atau bisa saja meskipun persalinan dilakukan per vaginam (lewat vagina), tapi dokter memutuskan untuk menggunakan alat bantu forsep/vakum.
Misal, karena persalinan yang lama, ibu menderita penyakit tertentu seperti penyakit jantung derajat ringan sampai sedang, preeklamsia ataupun eklamsia (preeklamsia yang disertai kejang-kejang), dan kondisi gawat janin.
Namun begitu, persalinan vakum/forsep hanya dapat dilakukan bila tak ada disproporsi panggul (panggul sempit), pembukaan sudah lengkap dengan bagian terbesar dari kepala si bayi sudah melewati pintu atas panggul atau kepala janin sudah cakap, dan ketuban sudah pecah.
Kala III: PENGELUARAN PLASENTA
Disebut juga kala uri, dimulai beberapa menit setelah bayi lahir dan berakhir saat plasenta keluar. Tahapan persalinan normal ini bisa berlangsung antara 15-30 menit.
Setelah plasenta dikeluarkan, dokter dibantu bidan akan memeriksanya untuk memastikan bahwa plasenta sehat dan tak ada bagian yang hilang atau tertinggal di dalam rahim.
Jika terjadi plasenta akreta atau plasenta terlalu dalam tertanam pada dinding rahim, dokter akan merogoh plasenta dan menariknya keluar. Jika tak berhasil, plasenta dikeluarkan dengan cara operasi.
Plasenta yang terlalu lama berada dalam rahim membuat ibu berisiko mengalami perdarahan. Hal yang sama juga akan terjadi bila plasenta terlalu cepat keluar, karena bagian dalam rahim tertarik yang akhirnya terbalik, lalu ikut keluar.
Kala IV: OBSERVASI PASCAPERSALINAN
Selama 2 jam setelah plasenta keluar, kondisi ibu akan terus dipantau. Pasalnya, beragam masalah pascapersalinan bisa muncul di tahapan ini, seperti robekan jalan lahir berdarah lagi atau kontraksi rahim berlangsung lemah tapi tidak ketahuan.
KOMENTAR