Nakita.id - Cara mengejan saat melahirkan yang benar adalah sebuah ”ilmu” yang wajib dikuasai ibu hamil sebelum bersalin.
Teknik mengejan yang benar akan melancarkan persalinan. Sebaliknya, ketidaktepatan mengejan dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan, seperti pecahnya pembuluh darah di mata yang dapat mengganggu kesempurnaan penglihatan.
Selain itu, kelahiran bayi akan dibantu dengan alat vakum atau forsep jika ibu sampai kehabisan tenaga lantaran mengejan yang salah.
Baca juga: 7 Kesalahan Mengejan yang Sering Dilakukan Saat Melahirkan
1. Lakukan setelah pembukaan lengkap
Mengejan baru boleh dilakukan setelah pembukaan lengkap, yakni pembukaan 10.
Saat itu, observasi yang dilakukan dokter akan menemukan, kepala bayi sudah turun sampai ke dasar panggul dan anus mulai ikut membuka.
Kenapa mengejan harus menunggu pembukaan lengkap? Hal ini untuk menghindari pembengkakan atau edema pada mulut rahim.
Meski tidak nyaman karena harus menanti kontraksi hingga pembukaan 10, namun ibu harus tetap bersabar. Tak perlu khawatir karena penundaan mengejan umumnya tak akan membahayakan, kecuali bila jantung janin mulai melemah.
2. Pilih posisi yang tepat
Posisi yang umum dipilih saat mengejan adalah berbaring, kemudian menekuk lutut, kedua kaki dibuka, peluk paha dengan melingkarkan tangan ke bawah paha sampai siku dan menarik paha ke arah dada.
Posisi ini memberikan keleluasaan pada ibu untuk mengejan. Posisi lain pun bisa digunakan, seperti berbaring miring ke sisi kiri atau kanan, atau jongkok, yang kesemuanya berdasarkan kasus per kasus supaya janin lebih mudah lahir.
3. Atur napas
Bernapas harus teratur, tidak boleh serabutan karena tidak bermanfaat signifikan atau bahkan mengganggu proses mengejan. Biasanya dokter/bidan akan memandu ibu mengatur napas supaya tenaga ibu terkumpul, juga ibu memiliki tenaga maksimal untuk mengejan.
Selain itu, mengatur napas yang baik pun dapat mengurangi rasa sakit. Supaya pengaturan napas berjalan mudah, sebaiknya ibu ikut kelas senam hamil karena di kelas itu ibu akan diajarkan cara mengatur napas saat bersalin.
Baca juga: Sudah Biasa, Tinja Keluar Saat Melahirkan
4. Ikuti komando
Biasanya dokter/bidan akan memberi komando kapan ibu harus menarik napas, menahan, dan mengeluarkannya sambil mengejan. Ikuti komando tersebut supaya proses persalinan berjalan teratur dan lebih mudah.
5. Ikuti irama
Ibu harus mengikuti irama tubuh saat mengejan. Bila pembukaan sudah lengkap, ibu harus segera mengejan, mengatur napas, dan tidak boleh ditahan saat proses pengejanan berlangsung.
Ada ibu yang takut fesesnya keluar saat mengejan, sehingga ia menahan pengejanan dengan mengangkat pantat atau panggul. Hal ini dapat membuat robekan perineum (bagian antara vagina dan anus) lebih lebar sehingga memerlukan lebih banyak jahitan.
6. Tenaga harus efektif
Jangan buang-buang tenaga yang tak perlu, entah dengan mengeluh atau berteriak-teriak, karena akan menguras tenaga, mengingat ibu harus mengejan berkali-kali.
Teriak-teriak atau membuat keributan malah akan menyebabkan tenggorokan kering, batuk, dan serak. Ibu pun semakin panik dan tegang. Akibatnya, ibu tak jelas menangkap instruksi dokter.
Baca juga: Cara Mengejan yang Benar
7. Pandangan ke arah perut
Arahkan pandangan ke perut supaya ibu bisa lebih berkonsentrasi terhadap persalinan. Selain itu, ibu harus mengejan di perut bukan di leher.
8. Berhenti mengejan saat kepala bayi terlihat
Ketika kepala bayi mulai terlihat (crowning) sebaiknya hentikan mengejan. Biasanya ditandai dengan rasa panas di vagina yang meregang.
Tujuannya supaya vagina dan perineum meregang perlahan-lahan, juga untuk mengurangi robekan dan kelahiran yang terlalu cepat.
Dokter/bidan akan memberi arahan ketika pengejanan harus dihentikan atau dilanjutkan. Pada saat ini ibu sebaiknya mengatur napas dengan baik.
KOMENTAR