Nakita.id - Hadirnya Si Kecil di tengah-tengah keluarga tentu dapat menambah kebahagiaan untuk pasangan orangtua.
Apalagi jika Moms dan Dads dianugerahkan Si Kecil lebih dari satu, terasa lebih lengkap kebahagian sebagai keluarga kecil.
Akan tetapi, dengan memiliki anak lebih dari satu pun berisiko memunculkan konflik baru dalam keluarga.
Salah satu kemungkinan konflik itu hadir dari anak-anak Moms dan Dads, saat mulai tumbuh dewasa pasti saja ada kalanya mereka akan bertengkar.
BACA JUGA: Jangan Kesal Saat Kakak Adik Bertengkar, Dapat Asah Kecerdasannya
Akan tetapi, konflik yang hadir di antara anak-anak ini bisa saja disebabkan dari sikap orangtua terhadap mereka.
Maksudnya, secara sadar atau tidak, sikap Moms dan Dads -baik yang sengaja atau tidak sengaja- yang ditujukkan kepada masing-masing anak dapat memicu terjadinya pertengkaran di antara mereka.
Seperti jika Moms atau Dads membanding-bandingkan anak pertama dengan anak kedua, padahal perbuatan seperti itu dapat membuat perasaan Si Kecil kecewa.
Khususnya bagi Si Kecil yang tidak dianggap lebih unggul atau lebih baik, padahal dasarnya setiap anak itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
BACA JUGA: Rumah Vintage Ala Raffi Ahmad dan Nagita Bisa Jadi Inspirasi, Unik!
Tugas orangtua adalah memaksimalkan kelebihan setiap anak dan meminimalkan kekurangannya, bukan malah membanding-bandingkannya.
Sebab, jika hal itu sering sekali terjadi, maka akan berdampak pada hubungan persaudaraan yang tidak baik.
Selain itu, terdapat dampak lain yang akan Si Kecil rasakan jika sering dibanding-bandingkan oleh orangtua mereka.
Dampak yang akan dirasakan Si Kecil ini lebih mengarah kepada hal negatif dan dapat merugikan.
BACA JUGA: Bukan Grandma, Apa Panggilan Camilla dari Pangeran George dan Putri Charlotte?
Dampak pertama yaitu akan merusak perkembangan kepribadian, Si Kecil yang dibanding-bandingkan akan merasa harga dirinya hancur dan ia pun akan kehilangan rasa percaya pada Moms dan Dads.
Selain itu, ia pun merasa terabaikan dan tumbuh menjadi pribadi yang selalu ragu-ragu karena ia menganggap apa yang dilakukannya tidak sebaik saudaranya.
Apalagi jika pembandingan ini kerap dilakukan, ia akan semakin memvonis dirinya seperti apa yang dituduhkan, lebih jelek, bodoh, payah, dibandingkan dengan saudaranya.
Kemudian, Si Kecil akan merasa sombong dan cepat puas diri, khususnya pada Si Kecil yang menjadi bahan pembanding.
BACA JUGA: Trauma Kejadian yang Menimpa Putri Diana, Pangeran Harry Khawatir Meghan Markle Alami Hal Serupa
Hal itu karena ia selalu dianggap baik oleh orangtua, bahkan bukan tak mungkin saat berperilaku buruk pun tetap dianggap baik, hingga ia jadi tak belajar untuk menyadari kapan ia berbuat salah.
Padahal, Si Kecil harusnya belajar, di antara kebaikan-kebaikan yang dipersepsikan orangtuanya, pasti juga ada keburukan dan perbuatan salah.
Pembandingan yang selalu membenarkan perilaku Si Kecil pun dapat memicu Si Kecil untuk tak belajar berempati pada orang lain, termasuk belajar memahami ada orang yang salah.
Jika terus menerus demikian, bisa saja kelak membuat Si Kecil tak pernah mendengarkan orang lain karena ia merasa paling benar.
BACA JUGA: Sudah Kontraksi Hebat, Istri Giring Ganesha Masih Sempat Lakukan Ini!
Selanjutnya adalah timbulnya persaingan yang tidak sehat, dan ini adalah dampak terparahnya.
Hal itu sebabkan karena yang satu dipuji-puji sementara yang satunya selalu disalahkan, sehingga tak mustahil yang selalu disalahkan berusaha untuk mencari cara demi menyingkirkan atau menyakiti saudaranya yang menjadi saingannya itu.
Tentunya hal ini akan merusak hubungan dalam keluarga.
Penulis | : | Finna Prima Handayani |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR