Bila masalah infertilitas terbukti karena hormonal, maka terapi yang akan dilakukan adalah terapi hormon. Berikut gambarannya:
* Hormon Reproduksi
Terapi hormon dilakukan untuk mengatasi gangguan ketidaksuburan dengan cara penambahan hormon dari luar, bila hormon yang mengatur fungsi reproduksi dalam tubuh manusia mengalami gangguan. Terapi hormon dilakukan pada pria bila spermanya abnormal dan pada perempuan bila tak ada ovulasi. Biasanya penambahan hormon dilakukan bila hormon FSH (follicle-stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone) di dalam tubuh kurang. Pada perempuan, FSH dan LH akan merangsang ovarium atau indung telur hingga terjadi pertumbuhan dan pematangan folikel diikuti ovulasi atau keluarnya sel telur. Pada pria, FSH merangsang sel sertoli yang terdapat dalam buah zakar. Sel sertoli inilah yang memberikan makanan pada bakal sperma supaya sperma berkembang normal. Sementara LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron yang berguna bagi perkembangan seks sekunder dan mematangkan sperma.
-Terapi hormon pada perempuan.
Diawali dengan pemberian obat antihormon estrogen atau obat pemicu kesuburan untuk memicu pengeluaran FSH. Obat ini dimakan pada hari ke-3, 4, 5 siklus haid, karena hormon baru meningkat setelah hari ke-3. Saat inilah hormon FSH dipicu. Cara ini dicoba selama 6 kali siklus. Bila tidak berhasil, dosisnya akan ditingkatkan. Jika 6 bulan belum terbentuk ovulasi, baru diputuskan untuk memberikan hormon dari luar melalui suntikan pada hari ke-6 dan 10 siklus haid, yaitu berupa suntikan hormon FSH atau gabungan FSH dan LH.
- Terapi hormon pada pria.
Hormon diberikan melalui suntikan dan tergantung kebutuhan. Namun, umumnya diberikan kombinasi FSH dan LH. Suntikan hormon pada pria bisa dilakukan kapan saja. Umumnya suntikan diberikan 2 hari sekali, tergantung konsentrasi kerja hormon yang diberikan. Selanjutnya setiap 1–1,5 bulan akan dievaluasi, apakah ada perkembangan atau tidak? Bila setelah 3 bulan masih minimal juga, akan diteruskan untuk satu siklus lagi (1 siklus pembentukan sperma adalah 3 bulan). Untuk mengetahui sudah bagus atau tidak, bisa melalui pemeriksaan sperma atau ditambah pemeriksaan hormon. Pemeriksaan sperma dilakukan 2 kali selang 2 minggu untuk menyiapkan buah zakar agar berproduksi kembali. Syarat pemeriksaan sperma, tak boleh berhubungan intim selama minimal 3 hari dan maksimal 7 hari.
* Hormon Tiroid
Hipotiroid atau kekurangan hormon tiroid dapat menghambat proses kehamilan. Kekurangan hormon tiroid pada perempuan dapat mengganggu metabolisme tubuh sehingga menyebabkan sel telur tidak matang. Akibatnya pembuahan tidak pernah berhasil. Untuk menormalkan produksi hormon tiroid, dokter biasanya memberikan pil, tablet atau suntikan hormon tiroid. Tujuannya untuk membantu tubuh pasien mendapatkan jumlah hormon tiroid yang diperlukan. Kemungkinan pasien akan selamanya tergantung pada pil tiroid ini untuk menstabilkan produksi hormon tiroid.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
KOMENTAR