TabloidNakita.com - Banyak cerita orangtua tentang saluran cerna anak yang tidak sehat. Misalnya, ada anak yang mudah terkena diare, berat badannya turun hingga beberapa kilogram. Bahkan ada yang berdampak fatal pada fungsi otaknya, sehingga mempengaruhi kecerdasan anak selanjutnya. Semuanya diakibatkan saluran cerna. Maka dari itu, sangat penting untuk menjaga kesehatan saluran cerna pada anak.
Bicara soal saluran cerna, terkait dengan beberapa organ tubuh, yaitu mulai mulut, tenggorokan, lambung, usus dua belas jari, usus halus, usus besar, hingga berakhir di anus. Semua makanan yang dibutuhkan oleh tubuh masuk melalui saluran cerna ini dengan gerak satu arah atau peristaltik. Normalnya, makanan yang masuk mulai dari mulut hingga anak mengeluarkan sisa-sisa makanannya melalui buang air besar, rata-rata 24-36 jam.
“Saluran cerna ini merupakan bagian tubuh yang banyak mendapatkan rangsangan atau terpapar oleh benda asing dari luar, dalam hal ini makanan. Makanan yang dimasukkan tubuh sebetulnya tidak steril, karena kuman selalu ada dan memang tidak perlu steril. Bahkan di dalam usus memang selalu ada kuman. Normalnya, kuman pada orang dewasa kalau ditimbang sekitar 1-2 kilogram. Kalau kira-kira berat tubuh dewasa sekitar 50 kg, maka kumannya sekitar 1 kg. Pada anak jumlahnya lebih rendah lagi. Karena kuman itu selalu ada, maka kita harus menjaga kesehatan saluran cerna, “terang dr. Eva J. Soelaeman, SpA(K) dari RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta.
Saluran cerna yang sehat membuat zat-zat gizi makanan yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang serta kecerdasan anak dapat diserap tubuh dengan baik. Misalnya, protein, lemak, zat besi, AA, DHA, dan sebagainya. Sehingga, anak tumbuh optimal, baik berat badan maupun tinggi badannya. Secara fisik tumbuhnya baik, otaknya dapat berkembang dengan maksimal dan berfungsi baik. Semua itu menjadi modal kecerdasan anak selanjutnya.
Selain penyerapan zat-zat gizi makanan, saluran cerna juga berkaitan dengan kekebalan tubuh. Pada saluran cerna yang sehat terdapat flora kuman normal yang cukup. Kuman ini akan merangsang pembentukan zat kekebalan tubuh, immunoglobulin A (IgA). Zat ini akan menjaga/melapisi permukaan usus, sehingga bila ada kuman jahat yang masuk tidak akan langsung/mudah menimbulkan infeksi. Pada anak yang flora kuman normal maka ususnya sehat, kadar zat kekebalan ini cukup tinggi.
Sementara pada anak yang sering mengalami masalah/gangguan saluran cerna apakah karena infeksi atau masalah saluran cerna lainnya, maka dapat mempengaruhi daya tahan tubuh dan kecerdasan anak. Saluran cerna yang bermasalah atau sering terinfeksi akan membuat permukaan mukosa ususnya rusak. Seharusnya, mukosa usus yang sehat/normal memiliki jonjot-jonjot (vili) yang bentuknya panjang–panjang seperti jemari penari. Di mana pada permukaan jonjot usus yang panjang itu ada terbentuk enzim-enzim pencernaan yang akan mencerna makanan, sehingga bisa diserap oleh tubuh. Jika jonjot ususnya rusak/pendek maka produksi enzim-enzim pencernaannya pun terganggu/berkurang, sehingga proses penyerapan zat-zat gizi makanan yang penting tidak dapat diserap tubuh dengan baik. Anak bisa mengalami diare atau kurang gizi. Apa yang dimasukkan ke tubuhnya akan dikeluarkan lagi tanpa penyerapan optimal. Pada anak yang diare, berat badannya kalau tidak tetap, bisa malah berkurang. Biasanya ketika anak berat tubuhnya berkurang akan sulit untuk mengejar ketertinggalannya.
Umumnya, anak yang sering sakit, nafsu makannya akan berkurang, sehingga membuatnya berisiko mengalami kekurangan zat gizi dan bisa menimbulkan gizi kurang sampai gizi buruk. Tumbuh kembang anak pun tidak optimal. Secara tak langsung juga akan memengaruhi kecerdasan karena zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk otak seperti AA, DHA, dan lainnya, menjadi tidak maksimal. Belum lagi bila anak yang sering sakit ini sering mendapat antibiotik, maka flora kuman normal di ususnya bisa mati. Hal ini akan menurunkan dan menganggu kekebalan tubuh anak. Ujung-ujungnya, anak pun menjadi lebih sering sakit. Hal ini akan mengganggu proses tumbuh kembangnya.
Dampak pada kecerdasan anak juga terjadi secara tidak langsung. Zat gizi dari makanan yang diperlukan otak tidak dapat diserap secara maksimal. Akibatnya dapat menurunkan fungsi kerja otak, terutama dalam hal daya tangkap dan juga konsentrasi. Semua ini akan berdampak pada prestasi anak di sekolah. Ditambah lagi bila anak sering tak masuk sekolah karena sakit, sehingga ia akan lebih sering tertinggal pelajarannya.
Dedeh
KOMENTAR