Nakita.id - Idealnya, suatu mainan memang memiliki nilai edukatif.
Dengan demikian, mainan itu dapat sekaligus menstimulasi berbagai kemampuan si kecil; dari motorik, kognisi, bahasa, interaksi, hingga sosialisasi.
Yang perlu diluruskan di sini adalah arti nilai edukatif itu sendiri.
Namun maksudnya bukan terbatas pada mainan yang dibuat dengan tujuan untuk mendidik saja.
Sebab, mainan nonedukatif- selama kita kreatif memanfaatkannya--bisa dikembangkan nilai edukasinya.
Supaya nilai edukatif mainan mobil-mobilan muncul, umpama, ajak anak mengenal aneka jenis mobil.
Beritahu unsur-unsur yang ada pada mobil seperti roda, mesin, kaca, setir, kursi, atau dengan mengarang cerita seru yang melibatkan mainan ini.
Mainan-mainan edukatif--pasel, balok susun, mainan bongkar pasang, kartu,--memang sengaja diciptakan dengan tujuan memberi pendidikan kepada anak.
Mainan ini dapat meningkatkan kemampuan anak seperti mengenal huruf dan angka, mengenal warna, meningkatkan kemampuan motorik.
Baca Juga: 5 Ide Tempat Penyimpanan Mainan Anak, Meski Sempit Tapi Rumah Tetap Terasa Lebih Luas dan Rapi
Juga dapat meningkatkan konsentrasi, menguji ketangguhan anak, dan lainnya.
Mainan pun dapat diciptakan dari barang-barang bekas, seperti mobil-mobilan dari kardus, bermain balok susun menggunakan gelas plastik bekas air mineral.
Contoh lain adalah membuat boneka dari kertas koran, membuat kereta-keretaan dari sterofoam bekas, mobil-mobilan dari sepatu bekas, dan lainnya.
Namun di atas semua itu, keamanan mainan harus diperhatikan.
Anak usia 3-5 tahun umumnya bisa diberi mainan berukuran agak kecil karena sudah bisa mengontrol perilakunya sehingga tak memasukkannya ke mulut.
Tetapi kita harus melihat segi keamanan lain seperti sudutnya yang tidak tajam atau runcing, terbuat dari bahan yang tidak beracun, tidak mudah mengelupas, dan tidak mudah tercerai berai.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
KOMENTAR