Tabloid-Nakita.com - Sejak kelahiran bayi tabung pertama di Indonesia, Nugroho Karyanto pada 2 Mei 1988, berkat tangan dingin Dr. Sudraji Sumapraja, program bayi tabung hanya bisa dinikmati oleh kalangan ekonomi atas. Karena, pandangan umum masyarakat saat itu biaya bayi tabung mahal. Untuk bisa menjalani program ini butuh biaya hingga Rp70 juta, bahkan konon bisa mencapai ratusan juta lebih.
Baca: Yang Bikin Biaya Bayi Tabung Mahal
Tapi sekarang… tidak lagi! Ada beberapa klinik dan rumah sakit yang membuka program bayi tabung di bawah Rp50 juta, bahkan Rp20 juta. Misalnya, RS Family Pluit di Jakarta yang memiliki Klinik Family Fertility Center (FFC), sejak 2004 mematok harga untuk program bayi tabung mulai Rp20 juta hingga Rp65 juta.
Program bayi tabung murah juga diselenggarakan oleh Klinik Morula IVF, RSIA Bunda di Menteng, Jakarta, dengan harga mulai Rp40 juta. Harga ini untuk IVF (in Vitro Fertilization), dan sudah termasuk pemeriksaan laboratorium dan sebagainya.
Baca: 5 Rumah Sakit Penyedia Program Bayi Tabung Murah
Perlu Mama ketahui, biaya program bayi tabung bisa berbeda-beda untuk setiap pasangan.
“Kondisi setiap pasangan tentu berbeda-beda sehingga akan mendapatkan obat yang berbeda, juga treatment yang berbeda. Ada pasien yang usianya baru 25 tahun, tapi ada yang sudah 40 tahun. Ada yang dengan kasus endeometriosis, ada yang bersih. Atau ada
yang si istri kondisinya baik, tapi sperma suaminya bermasalah," kata Dr. Aryando Pradana, SpOG dari Morula IVF, RSIA Bunda, Jakarta.
Baca: Biaya Bayi Tabung Hanya 2 Juta Rupiah
Dengan kondisi seperti itu, tentu setiap pasangan akan mendapatkan obat yang berbeda. Contoh, pada pasien yang berusia 25 tahun dengan berat badan ideal, dosis suntik hormon yang digunakan adalah 150. "Tapi kalau usianya di atas 35 tahun dan gemuk, misalnya, dosis obatnya tentu akan bertambah, bukan 150 tapi 300. Jadi sudah 2 kali lipatnya. Dengan demikian, harga (program bayi tabung) memang tidak bisa disamaratakan,” tambah Aryando.
RSUP Dr. Hasan Sadikin dengan Aster Fertility Clinic-nya juga menyelenggarakan program bayi tabung murah seharga Rp49 juta untuk satu siklus. Maksudnya, dimulai dari proses pengambilan sel telur dan sel sperma, dibuahi secara IVF menjadi embrio, kemudian dimasukkan ke dalam rahim, hingga berkembang menjadi kehamilan.
Baca: Peluang Keberhasilan Program Bayi Tabung
“Tapi biaya tersebut belum termasuk penyimpanan embrio di dalam freezer,” ujar dr. Hartanto Bayuaji, SpOG(K), Kepala Instalasi Teknologi Reproduksi Berbantu (Aster Fertility Clinic) RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung.
Jika proses kehamilan gagal, harus kembali memasukkan embrio ke dalam rahim, dan tentunya akan dikenakan biaya tambahan. Inilah yang membuat biaya program bayi tabung jadi berbeda untuk tiap pasangan. Embrio yang akan dimasukkan tersebut diambil dari embrio hasil fertilisasi sebelumnya yang lebih dari satu dan disimpan dalam freezer.
Baca: 8 Persiapan Menjelang Proses Bayi Tabung
Yang menarik, Aster Fertility Clinic menilai harga Rp49 juta itu masih tergolong mahal, sehingga dalam kurun tahun ini juga akan ditekan biayanya hingga Rp30—40 juta per siklus. “Namun, untuk mendapatkan harga tersebut ada syaratnya, misal pasutri yang mengalami infertilitas tak terjelaskan,” ujar Hartanto.
Maksudnya, terang Konsultan Fertilitas & Endokrinologi Reproduksi ini, setelah menjalani pemeriksaan, semua organ reproduksi pasutri sehat, tidak masalah, namun tetap sulit mendapatkan momongan.
Baca: Tip Menjalani Program Bayi Tabung
Sedangkan untuk suami istri yang mengalami masalah dengan organ reproduksinya, kondisi kesehatannya buruk, kemungkinan tidak bisa mendapatkan paket harga yang Rp30—40 juta ini, karena harus melakukan pemeriksaan dan terapi yang lebih kompleks. Itu sebabnya, biaya program bayi tabung berbeda untuk tiap pasangan.
Narasumber:
Dr. Aryando Pradana, SpOG, Klinik Morula IVF, RSIA Bunda, Jakarta
Dr. Hartanto Bayuaji, SpOG(K), RSUP dr. Hasan Sadikin, Bandung
Dr. Malvin Emeraldi, SpOG, Klinik Family Fertility Center Pluit, Jakarta
(Faras/Gazali/Irfan)
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
KOMENTAR