Tabloid-Nakita.com - Menanti kelahiran buah hati membuat Raya begitu surprise ketika Refan (2,5) lahir. Ia begitu menyayangi Refan sehingga tanpa sadar dirinya menjadi sangat protektif.
Seperti dituturkan Raya, ia meminta pengasuhnya untuk selalu menggendong Refan. Ia tidak mengizinkan putranya itu bermain di lantai karena takut terpapar kuman. Tak hanya itu, ia dan pengasuh Refan pun selalu siap siaga untuk memenuhi segala kebutuhan Refan. Pokoknya, bagi Raya, Refan adalah "raja". Anak lelakinya itu tidak boleh bersusah-susah, sedih, apalagi menangis. Hal ini berlangsung cukup lama.
Ternyata, apa yang dilakukan Raya menjadi petaka bagi pertumbuhan dan perkembangan Refan di usia menjelang 9 bulan, yang baru diketahui Raya ketika kumpul keluarga besar.
"Saya melihat, banyak sepupu sebaya Refan yang bisa duduk sendiri, merangkak, berdiri, bahkan ada yang sudah bisa berjalan," jelas Raya. "Sementara Refan, duduk pun masih harus disangga, bahkan ia tidak mau duduk sendiri kalau tidak ditemani."
Bukan hanya itu, ketika sepupu Refan sudah aktif ke sana-kemari, Refan malah lebih suka digendong. Ia pun sering ketakutan kalau ada sepupunya yang terlihat heboh, kisah Raya.
Menyadari telah terjadi sesuatu yang tidak beres pada tumbuh kembang Refan, Raya pun mengonsultasikannya ke dokter ahli tumbuh kembang anak. Hasilnya, Refan kurang mendapat stimulasi sehingga tumbuh kembangnya terhambat.
Apa yang menyebabkan tumbuh kembang bayi terhambat?
Ada dua faktor yang dapat memengaruhi tumbuh kembang anak, yakni faktor genetik (nature) dan faktor lingkungan (nurture). Faktor genetik adalah sifat atau kondisi orangtua yang muncul pada keturunannya tanpa bisa dicegah. Sedangkan faktor lingkungan adalah semua hal yang bisa memengaruhi kondisi, perilaku, dan kebiasaan anak.
Baik di lingkungan luar ataupun di lingkungan rumah, anak harus mendapat asih, asah, dan asuh yang tepat dari orangtuanya. Tepat tidaknya bisa dinilai dari hasil pemantauan sehari-hari. Apakah tumbuh kembangnya sudah sesuai dengan usianya, terlambat, atau justru ada gangguan yang membuat kemampuan anak tak berkembang. Jika sesuai, tentu kita patut bersyukur sambil terus menstimulasi kemampuannya yang lain.
Jika ada keterlambatan tumbuh kembang anak, kita perlu meningkatkan stimulasi untuk mengejar ketertinggalannya. Jika keterlambatannya sangat jauh, kita bisa segera melakukan antisipasi sehingga keterlambatan tersebut tidak semakin parah. Umumnya, jika pemantauan dilakukan dengan baik, keterlambatan yang jauh bisa diantisipasi kok, Mam.
Narasumber:
Dr. Nita Ratna Dewanti, SpA, RS Premier Bintaro, Tangerang Selatan
Tri Puspitarini, MPsi, psikolog dan pendidik, www.tripuspitarini.wordpress.com
(Irfan Hasuki)
KOMENTAR