Nakita.id – Beberapa ahli telah menyarankan agar jarak kehamilan tidak terlalu jauh ataupun dekat. Jarak kehamilan sebanyak dua hingga tiga tahun dirasa pas untuk memersiapkan tubuh menerima kehamilan yang lain. Ibu perlu memahami bahwa ada beberapa bahaya jarak kehamilan yang terlalu dekat. Dengan demikian Ibu bisa memiliki rencana kehamilan agar istilah "kebobolan dalam kehamilan” tidak terjadi.
Baca juga:
Sebuah studi dari Center of Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa terlalu banyak perempuan yang hamil terlalu cepat setelah melahirkan. The Medical Daily melaporkan lebih dari 30% dari ibu yang disurvei hamil dalam waktu kurang dari 18 bulan setelah melahirkan. Banyak ahli yang memikirkan risiko dari jarak kehamilan yang terlalu dekat ini.
Baca juga:
Menurut penelitian dari CDC, kehamilan dalam kurun waktu kurang dari 18 bulan setelah melahirkan dapat meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah. Selain itu, bayi juga berisiko lahir dengan ukuran lebih kecil meski usia kehamilan yang cukup. Ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat juga berisiko melahirkan prematur.
Kondisi dengan berbagai risiko ini disebabkan ibu yang belum pulih dari tekanan fisik maupun stres setelah kehamilan. Selain itu, mengurus bayi saat sedang hamil juga berisiko mengurangi nutrisi dalam tubuh. Kehamilan ini dapat membuat Ibu berisiko mengalami kekurangan zat besi dan asam folat. FIsik yang belum kuat sebaiknya perlu Ibu pikirkan apalagi Ibu juga sambil mengurus seorang bayi.
Baca juga:
Selain bahaya jarak kehamilan terlalu dekat dari penelitian di atas, ada beberapa penelitian lainnya yang mengungkapkan bahaya lainnya. Jarak kehamilan terlalu dekat bisa mengakibatkan lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum waktu melahirkan Selain itu, risiko autisme juga terjadi apabila jarak kehamilan yang terlalu dekat.
Simak 5 Destinasi Sejuk di Indonesia serta Rekomendasi Gaya agar Tetap Nyaman dan Hangat dari Uniqlo
Penulis | : | Gisela Niken |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR