Menurut Anna Freud, bentuk permainan yang sesuai untuk anak usia 3-18 bulan adalah body play, alias aneka permainan yang melibatkan aktivitas fisik, seperti cilukba, memanjat bantal, menggulirkan bola. Sedang menurut Piaget permainan yang sesuai untuk anak usia 3-18 bulan adalah yang merangsang sensory-motor serta spontaneous play alias permainan spontan. Selain aneka bentuk permainan, yang tak kalah penting adalah mainan yang digunakan. Sesuai tahapan perkembangan anak, untuk anak usia di bawah 12 bulan, mainan yang sesuai adalah rattles (mainan kerincingan), teething ring (mainan gigit-gigitan), music box (mainan yang mengeluarkan suara musik), dan sebagainya.
Hal penting yang harus diperhatikan selanjutnya adalah perilaku caregiver alias orang dewasa yang menemani anak bermain. Sering kali karena beranggapan anak masih bayi, caregiver asal menemani saja, bahkan sering kali bayi dibiarkan asyik bermain sendiri sementara caregiver di dekatnya melakukan aktivitas lain seperti membaca koran atau menonton teve. Yang seperti ini tentu hasilnya tidak akan maksimal. Sebab di usia 1-3 bulan, bayi sudah mampu mengenali suara dan wajah orangtua, serta merespons senyuman dan sudah dapat dilibatkan dalam permainan.
Bermain itu menyehatkan. Melalui aktivitas bermain, bayi jadi sehat. Bagaimana itu bisa terjadi? Setidaknya menurut Jack Kern, profesor kinesiologi dari University of Arkansas, Amerika Serikat, anak-anak yang memiliki gaya hidup sedentari (kurang bergerak) tidak hanya berpontensi menjadi gemuk yang kemudian memicu beberapa penyakit seperti obesitas, jantung dan sebagainya tapi juga memiliki kecerdasan yang rendah. Berbagai penelitian menyebutkan 70% perkembangan otak anak di 3 tahun pertama usianya bisa dioptimalkan melalui bermain.
Sebaliknya aktivitas bermain juga dapat dijadikan indikator apakah bayi itu sehat atau tidak. Secara umum hanya bayi sehat yang mau bermain dengan gembira. Bayi yang sedang sakit umumnya rewel, kalaupun dipaksakan bermain, ia tidak akan menanggapi/tidak bersemangat. Jadi selama bayi masih terlihat antusias bermain, orangtua bisa menjadikannya sebagai indikator bahwa ia sehat. Melalui aktivitas bermain, bayi merasa fun. Ia bisa menggerakkan tubuhnya/tertawa/berteriak dan bergembira bersama orang dewasa yang mengajaknya bermain. Keceriaan ini akan berpengaruh pada kesehatan emosinya. Secara umum kondisi emosi seseorang akan berpengaruh pada kerja otak, jantung, lambung dan anggota tubuh lainnya. Sangat penting membuat bayi selalu merasa fun sehingga pertumbuhannya optimal dan hal ini bisa dilakukan melalui aktivitas bermain.
Libatkan Seluruh Keluarga
Seperti sudah disinggung di atas, kehadiran caregiver, baik orangtua/orang dewasa ataupun kakak-kakak yang mengajak adik bayinya bermain sangat penting. Melalui merekalah manfaat bermain bagi bayi bisa optimal. Yang harus diingat kehadiran itu harus total, jangan sampai secara fisik ada di dekat bayi, namun pikiran/emosinya entah ada di mana, yang seperti ini pun bisa dirasakan bayi, akibatnya proses stimulasi tidak optimal.
Bila si kakak masih terlalu kecil, sebaiknya ada orang dewasa yang mengawasi mereka berdua, bisa jadi si kakak belum bisa mengekspresikan kegembiraan dengan cara tepat. Misalnya karena gemas lalu menggigit adiknya. Begitu juga kalau sampai berebut mainan. Orangtua/orang dewasa yang mengawasi harus bisa memberikan pengertian pada si kakak supaya tidak merebut mainan adiknya. Jangan juga menyediakan mainan yang sama untuk keduanya, sebab bisa jadi mainan yang aman untuk kakak, justru membahayakan adik bayi, misalnya mainan itu mengandung komponen kecil-kecil yang bisa tertelan oleh bayi.
Bila bayi menangis saat bermain dengan kakaknya, orangtua jangan langsung panik selama semua dipastikan aman. Bisa jadi itu sekadar ulah kakak untuk menarik perhatian orangtua, umpama, dengan cara merebut mainan yang sedang dipegang adiknya. Tapi kalau sekiranya ada hal yang berpotensi mencelakakan salah satu atau keduanya, orangtua harus segera bertindak. Ini pentingnya pengawasan orang dewasa saat bayi bermain. Selamat bersenang-senang dengan si kecil!
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
KOMENTAR