Nakita.id - Memiliki kulit cerah dan bebas masalah tentu menjadi dambaan bagi kaum perempuan.
Mungkin hal ini yang menyebabkan banyak orang-orang membeli produk perawatan kulit.
Baik itu merek lokal, atau merek luar negeri yang sering disarankan oleh publik figur, seperti selebgram, vlogger kecantikan, dan sebagainya.
Di Amerika Serikat, pasar produk perawatan kulit naik sebesar 9% pada tahun 2017, dibandingkan dengan makeup yang hanya 6% saja.
BACA JUGA: Ini Gaya Maia Estianty yang Bikin Terpukau di Acara Kerajaan Inggris
Pada tahun 2020, diprediksi pasar produk perawatan kulit diperkirakan akan mencapai 26,8 persen.
Menjaga kulit dan menjadikannya tetap dalam kondisi terbaik dapat dilihat sebagai metode vital perawatan diri.
"Saya pikir penggemar produk kecantikan, termasuk saya sendiri, sedang meningkat," kata Joely Walker, direktur kecantikan dan kesehatan di Grazia.
BACA JUGA: Dandanan Ayu Saat Ulang Tahun Tuai Komentar Negatif, Kenapa Ya?
“Orang-orang jauh lebih peduli pada bahan-bahan kandungannya,” tambahnya.
Newby Hands, direktur kecantikan di Net-a-Porter, mengatakan forum perawatan kulit juga membuat perbedaan jumlah dalam pemasaran.
“Sekarang mereka harus bersikap terbuka tentang bahan karena seseorang pada akhirnya akan mencari tahu,” jelas Walker.
"Ketika ada produk dalam sebuah botol dan menjanjikan Anda akan 10 tahun terlihat lebih muda dalam seminggu, itu tidak akan pernah terjadi," katanya.
BACA JUGA: Bukti Hidup Rukun, Raffi Ahmad Liburan Bersama Mama Amy dan Mertuanya!
Namun, dibalik maraknya penggunaan produk kecantikan dan perawatan ini, apakah menjadi tren yang sehat?
Di bulan Januari, situs web Outline menerbitkan artikel tentang "sisi negatif perawatan kulit", di mana Krithika Varagur menulis bahwa produk yang dibeli untuk mendapatkan kulit sempurna adalah "tipuan".
“Itu pasti. Kulit yang sempurna tidak dapat dicapai karena memang mustahil,” tegas Varagur.
Ia melanjutkan penjelasan dengan menyatakan bahwa tren perawatan kulit itu mengeksploitasi perempuan.
BACA JUGA: Tragis! Perempuan Hamil Lompat dari Apartemen Setelah Pergoki Suami Hamili Ibu Kandungnya
Dalam buku Living Dolls (2010), Natasha Walter berpendapat bahwa, “Di seluruh budaya kita selalu disarankan bahwa perjalanan perempuan menuju pemenuhan diri pasti akan berhubungan dengan menyempurnakan tubuh mereka”.
Susan Sontag menulis dalam esainya pada tahun 1972, The Double Standard of Aging, bahwa, “Standar kecantikan tunggal untuk perempuan adalah bahwa mereka harus terus memiliki kulit bersih. Setiap kerutan, garis, dan uban adalah kekalahan.”
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | theguardian.com |
Penulis | : | Amelia Puteri |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR