Nakita.id - Memiliki anak yang sukses dan cerdas tentu menjadi impian seluruh orangtua.
Namun, tak hanya dukungan keluarga tetapi tradisi dan budaya di suatu negara nyatanya memengaruhi tingkat kecerdasan penduduknya.
Misalnya negara Asia Timur yaitu Cina, Jepang dan Korea Selatan yang rutin menduduki posisi teratas mutu pendidikan versi Programme for International Student Assessment (PISA).
Bahkan, pelajar berusia 15 tahun dari tiga negara ini terbukti lebih unggul dalam bidang Matematika dan Sains daripada siswa lain di seluruh dunia.
Ilmu pengetahuan, akses internet super cepat dan sistem pendidikan yang ketat membuat ketiga negara ini menjadi raja pendidikan yang bermutu.
Tak hanya itu, ternyata inilah rahasia sistem pendidikan di Asia Timur sehingga dikenal dengan generasi cerdas.
BACA JUGA: Mengenal Kakebo, Solusi Cerdas Menabung ala Jepang Untuk Stay At Home Moms
Pendidikan akademik bukan yang utama
Dengan tingkat kecerdasan penduduknya yang diatas rata-rata, nyatanya akademik bukanlah yang paling penting.
Dua tahun pertama anak-anak duduk di bangku sekolah, mereka tidak hanya mencari nilai akademik.
Dalam periode ini, anak-anak juga belajar mengenal lingkungan, kedisiplinan, dan kerjasama dalam kelompok.
Menghargai pengalaman pribadi
Tidak seperti sistem pendidikan Barat, orang Timur cenderung membebaskan anak-anaknya.
Jika anak mereka melakukan sesuatu yang berbahaya, orang dewasa hanya mencoba mengalihkan perhatian ke hal-hal lain bukan sepenuhnya melarang.
Orang Asia Timur percaya, larangan justru dapat menghentikan minat anak untuk bereksplorasi.
Seorang anak tidak perlu dilarang, cukup diberitahu tentang bahaya dan alasan mengapa beberapa hal harus dihindari.
Dengan begitu, anak akan memiliki cara berpikir yang lebih kreatif, solutif, dan taat aturan.
BACA JUGA: Ajak Si Kecil Liburan dan Berimajinasi, Festival Kreasi Balon Terbesar Bisa Jadi Pilihan
Tidak mementingkan diri sendiri
Jika orang Barat cenderung mengingatkan anaknya supaya tidak menyakiti diri sendiri, orang Asia Timur memperingatkan anaknya supaya tidak menyakiti orang lain.
Sebelum usia 3 tahun, anak-anak sudah diajarkan untuk menghormati orang lain, menyayangi makhluk hidup termasuk hewan dan tumbuhan, kejujuran, dan rasa kepedulian.
Di Jepang, pendekatan ini dipercaya bisa menciptakan suasana yang harmonis dalam masyarakat dan ditanamkan sejak usia dini.
Belajar mandiri sejak kecil
Di Jepang dan Korea, anak-anak berusia enam tahun sudah mulai berangkat ke sekolah sendiri, tidak diantar orang tua.
Di negara-negara Asia, orang percaya, mengajar anak-anak berhitung pada usia dini dapat mengembangkan lobus frontal otak dan mengembangkan kemampuan kreatif mereka dalam berpikir dan bertindak.
BACA JUGA: Mengenal Mindful Parenting Demi Psikologis Anak Lebih Baik dan Bahagia
Menekuni minat dan bakat sejak kecil
Setelah anak-anak belajar nilai dan norma dasar dalam masyarakat, barulah anak akan mengikuti pelajaran dasar seperti berhitung, bahasa, menggambar, akting, menyanyi dan olahraga.
Setiap anak tentu memiliki minat dan bakat yang berbeda, yang kedepannya akan menentukan profesi mereka di masa depan.
Memberikan kebebasan menentukan masa depan
Memasuki usia 12-16 tahun, anak di Asia Timur telah dianggap dewasa sehingga bisa membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas diri sendiri.
Seorang anak dapat hidup dengan keluarga mereka selama yang mereka butuhkan, karena di Asia Timur ikatan keluarga amat penting.
Namun, seringkali pada usia 14 tahun anak sudah tahu apa yang mereka inginkan dan dapat hidup sendiri.
Source | : | Bright Side |
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR