Bakteri tersebut hidup di kulit manusia atau selaput lendir di tubuh, tanpa menyebabkan gejala.
Dalam kondisi tertentu, bakteri dapat berkembang biak dengan cepat dan mengeluarkan racun.
Menurut ahli, tampon dengan daya serap tinggi merupakan tempat ideal bagi berkembangnya bakteri.
Apalagi tampon yang sudah tidak layak dipakai.
"Ini hampir seperti cawan petri," kata Dr. Michael Cackovic, seorang spesialis Pusat Medis Kesehatan Ibu dan Janin di The Ohio State University Wexner Medical Center yang tidak terlibat dalam kasus kematian remaja di Kanada.
Setelah produksi tampon dengan daya serap tinggi dihapus, jumlah kasus TSS yang menyerang perempuan saat sedang mengalami menstruasi menurun. Meski belum sepenuhnya hilang.
BACA JUGA: Dilarang Cukur Rambut Kemaluan 7 Hari Sebelum Melahirkan, Ini Alasannya
"Saat ini, tingkat kasus TSS pada wanita yang menstruasi adalah sekitar 1 dari 100.000 wanita," kata Cackovic kepada Live Science, dilansir Jumat (29/6/2018).
Berdasarkan data dari Cleveland Clinic, TSS paling sering terjadi pada wanita berusia 15 hingga 25 tahun yang menggunakan tampon.
Cackovic mengatakan, wanita muda cenderung lebih memiliki antibodi terhadap S. aureus dibandingkan dengan wanita yang lebih tua.
Hal ini mungkin menjelaskan mengapa wanita muda memiliki tingkat yang lebih tinggi dari sindrom tersebut.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR