Nakita.id - Banyak dari kita pernah mengalami sindrom lagu terakhir alias Last Song Syndrome.
Kita masuk ke dalam mobil, menyalakan radio, dan mendengar 40 lagu teratas yang sama diulang setiap jam.
Tiba-tiba, saat sedang menyendiri tak sadang bersenandung melodi lagu, dan mendengarnya berputar di loop terus menerus di kepala kita.
Jadi, apa yang membuat beberapa lagu lebih menarik daripada yang lain?
BACA JUGA :Wow Volume dan Jenis Musik Pengaruhi Berat Badan, Ini Penjelasannya!
Para peneliti di Universitas Durham menyarankan beberapa lagu lebih mungkin diingat berdasarkan konten melodi mereka.
"Lagu-lagu musik yang melekat ini tampaknya memiliki tempo yang cepat bersama dengan bentuk melodi umum. Dan interval atau pengulangan yang tidak biasa seperti yang bisa kita dengar lagu 'Bad Romance' oleh Lady Gaga" kata Dr Kelly Jakubowski, penulis utama studi dari Departemen Musik di Universitas Durham, dalam sebuah pernyataan.
Menurut Kajubowski sekitar 90% dari kita mengalami earworm setidaknya sekali seminggu, dengan beberapa dari kita memiliki mereka lebih dari yang lain.
Itu biasanya terjadi pada saat-saat ketika otak tidak melakukan banyak hal, seperti sedang mandi, berjalan, atau melakukan tugas-tugas.
Dalam studi yang dipublikasikan dalam Psychology of Aesthetics, Creativity and the Arts, para peneliti mengidentifikasi tiga karakteristik berbeda yang membentuk earworm: kecepatan (beat), bentuk melodi, dan beberapa interval unik.
Dalam hal kecepatan (beat), earworms atau istilah untuk lagu yang terus terngiang di pikiran, lebih cepat dan lebih bersemangat dalam tempo dan memiliki ritme yang dapat dipindahkan orang.
Misalnya, penelitian sebelumnya telah menemukan lagu di daftar putar seseorang yang berjalan, lagu itu cenderung mengantar atlet ke dalam keadaan yang dikenal sebagai 'aliran'
Maksudnya ketika orang benar-benar tenggelam dalam apa yang mereka lakukan dan rasakan seolah-olah mereka berfungsi dengan autopilot.
Biasanya, daftar putar lagu saat olahraga akan dimulai dengan pemanasan dan peregangan musik, dan kemudian beralih ke lagu-lagu kardio, yang secara bertahap meningkatkan intensitasnya.
BACA JUGA :Pecat ART Karena Main HP, Selebgram ini Tuai Hujatan dan Kunci Akunnya
Daftar putar bermigrasi ke lagu-lagu latihan-kekuatan, dan kemudian diakhiri dengan lagu-lagu pendinginan yang lembut.
Lagu-lagu ini juga lebih cenderung menjadi earworms, karena peningkatan intensitasnya secara bertahap, diikuti oleh penurunan, dan peningkatan di antaranya.
Kontur melodi lagu, atau bentuk musik menentukan apakah itu adalah earworm.
Lagu-lagu ini sederhana dalam struktur, tetapi memiliki pola ritmik. Misalnya, sajak anak-anak "Twinkle, Twinkle, Little Star" naik ke atas, tetapi kembali ke rendah dan kemudian naik lagi.
Melodi yang mudah diingat ini membuat lagu menjadi earworm yang tak terelakkan.
Contoh yang lebih baru adalah riff pembuka Maroon 5 tentang "Moves Like Jagger," salah satu lagu earworm yang diberi nama teratas dalam penelitian.
Ini mengikuti pola kontur umum naik kemudian jatuh di lapangan.
BACA JUGA :Siti Badriah Tak Mau Disebut Lagu Syantik Meniru Syahrini, Sang Princess Panas!
Source | : | Medical Daily |
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Kusmiyati |
KOMENTAR