Nakita.id.– Apakah Moms pernah melakukan donor darah? Buat Moms yang sudah pernah melakukannya, pasti ada yang merasakan efek samping donor darah seperti mata berkunang-kunang, mual, pusing, dan melayang.
Meski begitu, Moms tetap rutin mendonorkan darahnya karena Moms tahu tujuan mulia kegiatan ini.
Yang paling jelas, mendonorkan darah untuk menyelamatkan nyawa orang lain.
Darah yang telah didonorkan bisa diberikan pada orang yang membutuhkan pertolongan seperti korban kecelakaan, pengidap kanker atau kelainan darah, bayi baru lahir dengan kondisi medis tertentu, dan orang yang menjalani operasi besar.
BACA JUGA: Seorang Kakek Lakukan Donor Darah Terakhir Setelah Selamatkan 2,4 Juta Bayi dari Tetes Darahnya
Rutin donor darah juga dapat menjaga kesehatan jantung dan membuat darah mengalir lancar,
Ada penelitian yang mengatakan jika rutin mendonorkan darah bisa menurunkan risiko terkena serangan jantung sampai 88%.
Serta membuat tubuh jarang terkena sakit dan terhindar dari kanker, stroke, dan serangan jantung. Dengan rutin melakukan donor darah membuat kadar zat besi dalam darah menjadi normal.
Donor darah juga dapat membantu Moms mengetahui kondisi kesehatan karena biasanya sebelum melakukan donor darah, tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dan kadar hemoglobin kamu akan diperiksa.
Setelah proses donor darah selesai dilakukan, darah Moms akan segera dikirim ke laboratorium untuk menjalani 13 tes yang berbeda. Bila di dalam darah ada yang salah, Moms akan segera diberitahu.
Meski tujuannya mulia, namun tidak semua orang boleh mendonorkan darahnya.
Contohnya mereka yang mengidap Hepatitis B tidak boleh melakukan donor darah, karena hal tersebut bisa menular.
BACA JUGA: Cara Lain Bakar Kalori Setara Jogging 15 Menit, Tontonlah Film Horor!
"Untuk penderita hepatitis B, tidak boleh donor darah. Sebelum donor darah, darah harus dicek dulu. Sehat atau tidak.
Ketika calon pendonor terdeteksi darahnya mengandung virus hepatitis B, ya tidak boleh donor," terang dr. Irsan Hasan, Sp.PD, KG-EH di acara 'Peranan Uji Diagnostik dalam Memerangi Hepatitis' dengan Philips Indonesia di Plaza Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (26/7/2018).
Selanjutnya, petugas Palang Merah Indonesia (PMI) akan memberikan surat keterangan untuk calon pendonor yang terkena hepatitis B.
"Surat keterangan berisi dirinya positif terkena hepatitis B dan diminta untuk pemeriksaan lengkap ke rumah sakit," Irsan melanjutkan.
Sama seperti penderita Hepatits B, mereka yang mengidap hepatitis A juga tidak boleh mendonorkan darahnya.
"Meskipun kebanyakan pasien hepatitis A mampu sembuh (99%), hal ini diketahui dari data pasien dengan riwayat hepatitis A di 1990-an di Indonesia, tapi walaupun mereka sudah sembuh tetap tidak boleh donor darah. Karena mereka punya riwayat hepatitis," jelas Irsan.
Virus hepatitis A bisa menular di lingkungan yang tak higienis. Makanan dan sanitasi yang buruk juga membuat virus hepatitis A mudah masuk ke tubuh, lalu menjangkiti hati.
BACA JUGA: Jangan Segera Merapikan Tempat Tidur Setelah Bangun, Ini Alasannya
Donor darah hanya boleh dilakukan oleh mereka yang sehat jasmani dan rohani.
Serta tidak memiliki riwayat sakit hepatitis dan memiliki berat badan tidak kurang dari 45 kilogram. Rentang usia pendonor adalah 17-65 tahun.
Nah, bagi Moms yang merasa memenuhi syarat, tidak ada salahnya untuk mendonorkan darah kita untuk orang lain yang membutuhkan. (*)
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR