Nakita.id - Tumbuhnya gigi pertama bayi umumnya akan menimbulkan beberapa "gangguan" kenyamanan pada bayi.
Tumbuhnya gigi terkadang juga menyebabkan bayi sering ngeces lantaran produksi air liurnya jadi berlebih.
Bahkan pada beberapa bayi ada yang mengalami demam.
Erupsi gigi juga menyebabkan gusi bayi terasa gatal, sehingga membuatnya senang menggigit-gigit apa pun yang ada di dekatnya.
BACA JUGA: Ketahui Jenis Teether Sesuai dengan Pertumbuhan Gigi Anak, Jangan Asal Pilih
Penggunaan teether umumnya dapat mengurangi ketidaknyamanan itu, sekaligus bermanfaat merangsang munculnya gigi Si Kecil.
Apa saja yang perlu kita perhatikan saat memberikan teether untuk bayi?
- Pilih teether yang terbuat dari lateks atau karet, sehingga terasa kenyal dan tidak keras.
BACA JUGA: Begini Detail Mewah Apartemen Denada yang Dijual untuk Pengobatan Anaknya
- Umumnya teether berwarna bening dengan tekstur lembut dan berisi air atau gel.
Bila dibandingkan yang berisi air, teether gel biasanya lebih disukai bayi, karena memberikan sensasi dingin sehingga dapat mengurangi nyeri atau gatal pada gusinya.
Kalaupun tidak tersedia teether di rumah, sayuran-sayuran bertekstur agak keras, juga dapat dapat dimanfaatkan lo Moms.
Dokter Elizabeth Yohmi SpA, Ketua SATGAS ASI Indonesia, ditemui dalam acara Mothercare Ajak Para Ibu Mengenal Lebih Dekat Seni Menyusui, di Jakarta (18/7) menjelaskan mengenai teether "alami" yang dapat digunakan untuk bayi.
BACA JUGA: Intip Potret Calon Istri Denny Sumargo yang Kaya Raya, Pemilik Bisnis Es Krim Terbesar di Indonesia
"Sebaiknya memuaskan bayi untuk menggigit sesuatu, ibunya bisa memberinya sayuran-sayuran bertekstur agak keras, seperti wortel atau buncis yang sudah direbus," ungkapnya.
Elizabeth juga menyebutkan bahwa sayuran biasanya akan lebih aman bagi bayi dibandingkan dengan teether yang terbuat dari plastik.
Selain itu, Elizabeth mengungkap bahwa, selain untuk teether sayuran tersebut juga akan memberikan asupan nutrisi jika tertelan oleh bayi.
.
Penulis | : | Nia Lara Sari |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR