Mereka membuat dua skenario di waktu yang berbeda; satu dengan volume pelan dan satunya dengan volume kencang.
Ketika dipasang musik bervolume keras, pengunjung tanpa disadari lebih cenderung untuk memilih jenis makanan yang kurang sehat.
Sementara itu, pembeli yang mendengarkan volume musik pelan cenderung mengambil bahan-bahan makanan yang sehat.
Penelitian di atas melaporkan bahwa kencang tidaknya suara musik yang didengarkan, baik secara sengaja atau tidak, ternyata memengaruhi keputusan mereka dalam memilih makanan.
Orang-orang yang makan sambil mendengarkan musik kencang lebih memilih menu makanan yang kurang sehat, seperti kue cokelat atau burger ketimbang salad buah.
Sebaliknya, orang-orang yang diperdengarkan musik bervolume pelan saat mereka sedang pilih-pilih menu akhirnya membeli makanan yang sehat, seperti salad.
BACA JUGA: Dinikahi Ibu Angkat dan Dikabarkan Selingkuh, Ismed Sofyan Buka Suara
Dari sini mungkin kita berpikiran bahwa tidak mendengarkan musik adalah solusi yang paling baik.
Karena semakin rendah volume musik yang didengarkan, maka semakin sehat pilihan makanan seseorang.
Namun, orang-orang yang bahkan tidak mendengarkan musik sama sekali justru menunjukkan kecenderungan yang sama dengan kelompok orang pendengar musik kencang — sama-sama memilih makanan yang kurang sehat.
Para peneliti percaya bahwa musik bergenre tenang, seperti musik klasik dan blues, memperlambat detak jantung dan mengatur napas jadi lebih stabil, sekaligus meningkatkan mood dan meningkatkan fungsi otak.
BACA JUGA: Tak Disangka, Ini 5 Fakta Nurrani yang Ternyata Anak Berprestasi!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR