Nakita.id - Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang terletak di Desa Ungasan, Kuta Selatan, Bali, akhirnya telah selesai dibangun.
Setelah 28 tahun dikerjakan seluruh tubuhnya kini telah utuh.
Dengan terselesaikannya pembangunan ini patung GWK akan menjadi akan menjadi salah satu patung tertinggi di dunia dan menjadi Kawasan Wisata Budaya berskala Internasional.
Bahkan dilansir dari Kompas.com, ppatung GWK yang memiliki berat 3000 ton dan tinggi 121 meter dari permukaan tanah itu lebih tinggi dibandingkan patung Liberty di New York yang memiliki ketinggian 93 meter.
BACA JUGA: Unik dan Elegan! Ini Dia Souvenir Pernikahan Panji Trihatmodjo dan Varsha Strauss
Menilik ke belakang, Patung GWK merupakan patung yang dibangun sejak 1990 di lahan seluas 67 hektar.
Pembangunan Patung GWK merupakan gagasan dari I Nyoman Nuarta, seniman patung asli Bali.
Namun karena berbagai krisis yang menghadang, Nyoman Nuarta sebagai pemilik 80% saham kemudian menjual GWK kepada PT Alam Sutra Realty Tbk.
Sementara Nyoman Nuarta hanya berkewajiban menyelesaikan pembangunan patung.
Di tahun 2013 dilakukan ground breaking ulang dengan memindahkan lokasi patung dari tempat semula.
Patung setengah badan Wisnu di Plasa Wisnu sampai sekarang masih dibiarkan seperti sediakala.
Jadi GWK yang kini berdiri tegak dan lengkap itu baru dibangun sejak 2013.
Karya I Nyoman Nuarta ini akan menjadi patung tembaga terbesar di dunia yang dikerjakan dengan teknik pengelasan.
BACA JUGA: Kahiyang Ayu Sering Kena Tegur Dokter Usai Melahirkan, Ada Apa?
Beginilah wujud patung GWK setelah rampung di bangun.
Untuk merayakan rampungnya penyelesaian patung GWK digelar perayaan syukur bertajuk "Swadharma Ning Pertiwi" pada Sabtu (4/8).
Dalam kesempatan itu, Nyoman Nuarta mengucapkan terima kasih kepada 120 pekerja yang bahu-membahu membangun GWK.
BACA JUGA: Seorang Bayi Terlahir Tanpa Anus di Depok, Ini Tanda-Tandanya
Sebab mereka setidaknya telah mengerjakan keping-keping tubuh patung GWK yang berjumlah 300 truk.
Selain itu mereka telah berjuang bekerja di ketinggian 121 meter dengan peralatan yang serba sederhana. (*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR