Alergi adalah reaksi abnormal sistem kekebalan tubuh terhadap zat-zat tertentu dari luar tubuh yang disebut alergen. Orangtua yang mempunyai bakat alergi, besar kemungkinan akan menurunkan bakat ini kepada anaknya. Alergen bisa bermacam-macam, baik itu makanan, debu, tungau, hawa dingin, bulu binatang, serbuk tumbuhan, parfum, dan lain-lain. Setiap anak bisa alergi terhadap salah satu atau beberapa di antaranya sekaligus.
Alergi susu sapi termasuk alergi makanan yang biasa dijumpai pada bayi atau anak-anak. Paling banyak kasusnya terjadi pada anak di bawah 3 tahun karena mekanisme pertahanan saluran cernanya belum matang. Faktor-faktor penghambat masuknya protein susu sapi melalui lapisan epitel usus belum cukup matang, sehingga akan banyak bahan alergenik yang menembusnya. Protein yang bersifat alergenik ini kemudian masuk ke dalam sistem sirkulasi, dan selanjutnya sistem imun akan mengenalinya sebagai benda asing dan menyerangnya, sehingga terjadilah gejala alergi.
Alergi susu sapi dipicu protein casein atau whey yang terdapat pada susu sapi. Protein ini sebenarnya sangat bermanfaat dan mengandung gizi tinggi. Sayangnya, pada beberapa anak justru memicu timbulnya alergi. Pada anak-anak yang hipersensitif, protein tersebut memicu terbentuknya zat antibodi yang disebut imunoglobulin E (IgE). IgE inilah yang melepas histamin penyebab reaksi alergi dalam tubuh. Penelitian yang dilakukan di Poliklinik Alergi Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI /RSCM, menunjukkan dari seluruh penderita alergi anak, sekitar 2,4% alergi terhadap susu sapi. Penelitian lain yang dilakukan di Eropa, dikatakan sebanyak 2,5% anak mengalami alergi terhadap susu sapi dalam tahun pertama kehidupannya. Karenanya, orangtua sebaiknya waspada jika setelah minum susu, si kecil mengalami kondisi seperti berikut ini:
Gejala: anak mengalami sakit perut, mual, muntah, diare disertai darah lebih dari seminggu yang meski sudah diobati namun tak kunjung membaik.
Gejala: eksim, kulit kemerahan, gatal, bengkak.
Gejala: asma, batuk-pilek berulang, sesak napas.
Langkah pertama adalah membawa anak ke dokter untuk mendapatkan kepastian, apakah ia mengalami alergi susu sapi atau alergi lainnya. Seperti penyakit pada umumnya, proses diagnosis dimulai dari penelusuran dan evaluasi riwayat penyakit, dilanjutkan dengan pemeriksaan klinis secara saksama.
Hal yang khusus dilakukan dalam investigasi alergi makanan adalah pembuatan catatan harian diet, uji eliminasi dan provokasi, uji kulit, dan pemeriksaan kadar IgE. Melalui uji eliminasi anak akan diberi susu pengganti khusus yang aman selama kurang lebih 2 minggu, setelah itu dilakukan uji provokasi dengan memberinya lagi susu sapi biasa, lalu akan dicatat reaksinya. Bila reaksi alergi itu muncul lagi, berarti anak positif alergi susu sapi.
Selain itu, penegakan diagnosis juga bisa dilakukan melalui pemeriksaan kadar IgE dan uji kulit (skin prick test). Kadar IgE yang meninggi dalam darah dapat digunakan sebagai petunjuk status alergi, dan memang kadar IgE ini sering kali didapatkan meninggi pada penderita alergi susu sapi. Biasanya uji laboratorium ini hanya digunakan sebagai pelengkap. Apalagi, uji kulit di lengan atau punggung dengan cara ditusuk menggunakan jarum kecil berkali-kali (skin prick test) dinilai kurang nyaman bagi anak-anak di bawah 3 tahun.
Dorong Bapak Lebih Aktif dalam Pengasuhan, Sekolah Cikal Gelar Acara 'Main Sama Bapak' Bersama Keluarga Kita dan WWF Indonesia
KOMENTAR