Penting diketahui, sebagian besar makhluk hidup di bumi mengandung glutamat, dan glutmat banyak terdapat dalam bahan makanan, termasuk; tomat, kenari, pecan, keju parmesan, kacang polong, jamur, dan kecap.
Rata-rata orang dewasa mengkonsumsi sekitar 13 gram glutamat setiap hari dari protein dalam makanan.
Padahal menurut FDA MSG hanya menyumbang 0,55 gram glutamat.
Kenapa MSG Dipercaya Berbahaya?
1960-an, ketika The New England Journal of Medicine menerbitkan sebuah surat dari dokter di Maryland, Robert Ho Man Kwok, yang menulis bahwa ia mengalami gejala mirip dengan reaksi alergi setiap kali mengonsumsi makanan dari restoran Cina.
Dia mempertanyakan penyebabnya.
Apakah itu anggur yang diminumnya, rempah-rempah dalam makanan, atau MSG?
BACA JUGA: Bikin Heboh, Maia Estianty Restui Hubungan El Rumi dan Marsha Aruan di Depan Publik
Surat Kwok yang merujuk pada kumpulan gejala sebagai Chinese Restaurant Syndrome (CRS), mendorong oranglain untuk menulis ke jurnal dengan pengalaman mereka sendiri yang juga merasakan pusing setelah mengonsumsi makanan China.
Entah bagaimana saat surat Kwok booming, seorang ahli syaraf bernama John Olney menerbitkan sebuah studi tentang aditif in Science.
Dalam eksperimennya, dia menyuntikkan aditif (MSG) langsung ke tikus putih laboratorium.
Hasilnya ditemukan sejumlah masalah neurologis pada subjeknya, termasuk lesi otak atau perkembangan yang terganggu.
Eksperimen Olney banyak dipertanyakan dan disangsikan.
Sebab Olney memilih untuk menyuntikkan tikus dengan MSG di bawah kulit, sedangkan satu-satunya cara manusia mengonsumsi MSG adalah dengan memakannya.
BACA JUGA: Selalu Tampil Sempurna, Kate Middleton Ternyata Memiliki Bekas Luka Besar di Kepalanya
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | theguardian.com,Mayo Clinic,sciencefriday.com |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR