Mereka pun mengambil bakteri usus yang berubah akibat pengemulsi ini dimasukkan ke tikus yang tidak memiliki bakteri.
Ternyata tikus-tikus yang digunakan percobaan juga mengalami peradangan usus dan menunjukkan tanda sindrom metabolik.
Studi tersebut menunjukkan bahwa pengemulsi bisa langsung mempengaruhi bakteri pada usus.
BACA JUGA: Masih Bujang, Ini Alasan Richard Kyle Jatuh Cinta Pada Jessica Iskandar
Di sisi lain, para peneliti masih perlu menguji pengemulsi memiliki efek yang sama cepatnya pada manusia atau tidak.
Temuan itu menambah bukti jika pengemulsi bisa memicu perkembangan penyakit radang usus.
Dalam studi selanjutnya, mereka pun meminta responden melakukan diet bebas pengemulsi selama 1 bulan, lalu beralih ke makanan yang mengandung pengemulsi.
Para peneliti akan memeriksa kedua kelompok menunjukkan perbedaan signifikan dalam peradangan usus atau tidak.
Menurut Benoit Chassaing, pengemulsi umumnya tercantum pada label bahan makanan olahan, tapi zat aditif lainnya kerap ditulis dengan nama yang berbeda.
Hal ini membuat konsumen sulit untuk menghindarinya hanya dengan membaca label makanan.
Cara terbaik untuk menghindari pengemulsi adalah menghindari makanan olahan.
BACA JUGA: 8 Tanda Peringatan Sebelum Serangan Jantung, Catat Dengan Baik!
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
Source | : | nakita,Live Science |
Penulis | : | Shevinna Putti Anggraeni |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR