"Semisal lumpuh, tak bisa mendengar, bahkan kadang tak bisa melihat. Perkembangannya juga terlambat, bisa retarded ataupun cerebral palsy."
Kuman HIB tidak hanya menyebabkan radang selaput otak, tapi juga penyakit lain, seperti radang paru, dengan gejalanya anak panas, sesak, dan biru.
Demikian pula radang epiglotis dengan gejala suara serak dan napas sesak.
Kalau tak segera ditangani, bisa berakibat fatal.
Berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian imusisasi HIB ini dilakukan untuk anak di bawah usia 1 tahun.
Ada yang 2 kali dan ada yang 3 kali selama 1 tahun, dan kemudian diulang kembali di usia antara 12-15 bulan. "Waktu pemberian yang direkomendasikan yaitu mulai usia 2 bulan. Selang waktunya dari setiap kali vaksin, paling cepat 1 bulan dan paling lama 2 bulan."
Selang waktu pemberian ini tak jadi masalah, tetap akan efektif, kecuali kalau terlalu lama atau terlalu jauh jeda pemberiannya.
Sebab, efektivitasnya sudah berkurang. Tapi kalau selang waktu pemberiannya terlalu jauh, maka zat anti yang menurun tersebut akan semakin menurun. "Jika kemudian divaksin lagi, kenaikan zat anti dalam tubuhnya tidak akan optimal."
Pemberian vaksin HIB ada yang 2 kali dalam setahun dan ada juga yang 3 kali tergantung dari jenis vaksinnya.
Vaksin HIB yang PRP-T (Poly Ribosil Phosphat Tetanus) diberikan sebanyak 3 kali dalam setahun.
Sedangkan vaksin HIB yang PRP-OMP (Poly Ribosil Phosphat Outer Membrane Protein) sebanyak 2 kali sebelum umur 6 bulan.
"Bedanya dalam jenis pembawa vaksinnya saja," paparnya.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
KOMENTAR