Nakita.id - Suksesnya Asian Games 2018 tak lepas dari kerja keras dan juga kehebatan para relawan atau volunteer yang tersebar ke berbagai tempat saat berlangsungnya Asian Games 2018.
Para volunteer Asian Games 2018 merupakan pejuang tangguh yang patut diacungi jempol, tak hanya dari pejabat dan pemerintahan Indonesia, melainkan juga dari seluruh masyarakat di penjuru dunia, khususnya masyarakat Indonesia.
Bagaimana tidak, saat orang lain di usianya sibuk bermain ponsel dan duduk bercengkerama di kedai kopi serta kafe di berbagai kota, tenaga dan napas mereka harus diperas dan juga dibanting di di Jakarta, Palembang dan Bandung.
Mereka juga harus rela jauh dari orangtua, keluarga serta rekan bahkan kekasih, untuk mengabdi kepada bangsa dan negara Indonesia.
BACA JUGA: Ada Cinlok di Asian Games 2018, Berikut kisah Volunteer dengan Pria Australia
“Capek, kita nggak ada libur,” ujar Afryanti Siburian, salah satu volunteer yang bertugas di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Senayang, Jakarta Pusat seperti dikutip dari Grid.id.
Afryanti hanya satu dari belasan ribu volunteer yang merasa lelah karena ia harus bertugas sejak para atlet, ofisial dan pelatih dari luar negeri datang ke Indonesia, hingga kepulangan mereka dari tanah air tercinta ini.
“Kita harus gesit, harus selalu kompak dan terus bekerja sama,” ujar Afryanti saat ia mengungkapkan perasaannya bertugas sebagai volunteer di Asian Games 2018.
Mereka disaring melalui proses yang sangat panjang.
September 2017 adalah bulan di mana para calon volunteer melalui tahap pertamanya sebelum akhirnya ia sampai ke Jakarta, Palembang dan Bandung untuk bertugas.
Proses rekrutmennya pun tak mudah.
Rekrutmen calon volunteer yang berlangsung September lalu dibagi menjadi tiga tahap.
Para volunteer harus melalui seleksi administratif melalui sistem jaringan.
Kemudian mereka harus menjalani psikotes yang berlangsung dalam bentuk forum diskusi grup dan terakhir, mereka yang lolos harus mengakhiri penantiannya melalui tes wawancara.
Terdengar sangat sepele dan mudah.
Faktanya?
Dari puluhan ribu pendaftar yang mayoritas mahasiswa, hanya 13.000 pemuda-pemudi yang berhasil lolos dan berangkat ke tempat mereka bertugas.
Mereka yang lolos pastinya memiliki berbagai etika juga pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang belum berhasil.
Mereka memiliki etika berkomunikasi yang cukup baik, mereka juga memiliki pengetahuan tentang olahraga sedikit-banyak dan mereka juga harus memiliki pengetahuan wisata.
BACA JUGA: Siwon Super Junior Dapat Mention dari Ditjen Pajak RI di Twitter, Ada Apa?
“Banggalah, bisa dapat banyak pengalaman dan juga kenalan dari berbagai tamu dari Asia,” ujar Rifki, relawan asal Lampung saat diwawancarai oleh Kompas TV.
Kebanggaan tersebut tak hanya milik Rifky seorang.
Apalagi mengingat sertifikat yang mereka dapat dari Asian Games 2018 ini bisa jadi senjata ampuh mereka untuk melanjutkan jenjang kuliah Strata 2 atau S-2.
Setelah berhasil bergabung menjadi bagian dari Asian Games 2018, para volunteer harus mendapat berbagai pelatihan dari Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (INASGOC).
Pelatihan dan pembekalan mereka berlangsung mulai 26 hingga 30 Juli 2018 di Palembang dan Bandung.
Sebanyak 13.000 volunteer kemudian dibagi berdasarkan berbagai departemen dan telah mendapat ID card volunteer yang bisa jadi kartu sakti.
Sakti? Ya!
Mereka bisa mengakses transjakarta secara gratis hanya dengan menunjukkan ID card mereka.
Gunanya agar perjalanan mereka dari asrama ke tempat bertugas lebih mudah dan juga praktis.
Mereka bahkan diutamakan.
BACA JUGA: Tatjana Saphira Beri Motivasi Untuk Anak Muda yang Ingin Jadi Relawan
Volunteer mendapat berbagai fasilitas menarik saat mereka bertugas.
Selain makan enak dan juga bisa naik transjakarta secara gratis, mereka tetap mendapat peralatan bekerja yang keren.
Baju, celana, tas, jaket, rompi bahkan sepatu keren yang remaja seusianya di luar sana tak punya.
Atau mereka di luar sana bisa punya, tetapi harus mengeluarkan biaya, sementara mereka gratis!
Tetapi status ‘keren’ dalam ajang Asian Games 2018 tidaklah menjadi hal yang utama yang mereka incar.
“Cerita sukanya, aku punya temen-temen banyak banget. Kemudian baik-baik kalau misalnya sholat nanti gentian sama yang lain. Jadi saling mendukung,” ungkap Rina Nur Hasanah, volunteer ticketing, satu di antara 13.000 volunteer perwakilan Bandung.
Meski merasa senang dan bahagia karena bertemu banyak orang yang menyenangkan, serupa dengan kehidupan di dunia ini bahwa tak semua orang memiliki kepribadian yang baik dan menyenangkan.
Ada beberapa orang yang memiliki watak menyebalkan, amarah dan emosional.
Hal ini pasti diakui banyak orang, terlebih bila orang-orang seperti itu sedang berada dalam kondisi lelah dan terdesak.
“Dibentak-bentak orang, karena dia ngotot pengen masuk lewat pintu akreditasi,” ujar Rina menceritakan nasib kurang beruntungnya bila bertemu penonton atau orang yang wataknya bisa dibilang menyebalkan atau bahkan nyolot.
Ya, tapi itulah risiko mereka, sebagai pelayan masyarakat di Asian Games 2018.
Tak heran bila mereka sempat menangis bahkan ingin menyerah karena kuar biasa memang melayani banyak kepala hanya dengan satu mulut, satu kepala, satu hati bahkan satu otak yang belum tentu bisa diajak berpikir jernih.
“Sampai pernah saya nangis karena enggak kuat mentalnya,” tambah Rina sembari mengingat masa sulit itu.
Hal ini tentu nantinya jadi pelajaran berharga bagi mental Rina juga bagi kehidupan Rina mendatang saat ia melayani orang-orang atau masyarakat di luar sana.
Selain Rina, kebahagiaan juga diungkapkan Muhammad Robbi Fadillah.
Ia juga salah satu pemuda beruntung yang berhasil lolos berbagai tahap dan jadi volunteer Asian Games 2018.
BACA JUGA: Inul Daratista Mengaku Bukan Artis Saat Kumpul dengan Orang-orang Ini
“Bisa berfoto bersama atlet golf. Walaupun enggak tahu siapa haha, yang penting atlet,” ucapnya terlihat bahagia.
Tentu teman-teman Robbi yang sedang kuliah atau di kampus tak mendapat pengalaman bahagia ini, bukan?
Terlebih ia akan jauh lebih beruntung ketika atlet tersebut berkelas dan disegani di bidang olahraganya. Bahagianya!
Tak jauh berbeda dengan Rina, Robbi juga berkali-kali dibentak oleh pengunjung.
“Enggak enaknya itu pernah dibentak-bentak pengunjung yang mau masuk lewat pintu akreditas. Padahal sebelumnya sudah dijelaskan dengan baik,” katanya sembari mengingat betapa sedihnya ia saat itu.
Bahkan, ada juga yang dengan tega berusaha membohongi volunteer dengan cara membuat ID card palsu.
Hal ini dialami sendiri oleh volunteer bernama Christy Lavenia Tarigan.
Ia menangkap basah penonton yang masuk dengan ID card palsu.
“Kemarin ada yang coba masuk ke venue pertandingan akuatik, tapi pakai ID card Asian Games palsu,” tuturnya saat dimintai keterangan Tribun Jakarta di Gelora Bung Karno beberapa waktu lalu.
Bahkan hal ini tak hanya sekali terjadi.
Christy mengatakan bahwa memang sebelumnya juga sudah ada insiden memalukan tersebut. “Karena sebelumnya banyak yang cerita kaya gitu. Ada yang mau nonton, tapi pakai ID palsu, gitu,” jelasnya.
Jelas volunteer sudah berpengalaman meski baru menjajal keberuntungan menjadi volunteer di kali pertama.
Ini karena di pelatihan, mereka sudah diajarkan untuk membedakan ID card asli miliki INASGOC, dan yang palsu, meski serupa dan bahkan sama persis.
Ini bagian yang paling menyenangkan dari para volunteer!
Suatu kebanggaan bagi mereka bisa menangkap basah pengunjung yang tak menaati peraturan.
Christy dan teman-temannya menyerahkan orang yang kurang bertanggung jawab tersebut kepada pihak kepolisian yang berjaga di pintu masuk Stadion Akuatik.
Sangat bangga dan lega pastinya, ya!
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa volunteer mendapat berbagai fasilitas menarik.
Apakah hal tersebut benar? Mereka sudah mendapat sepatu, tas, jaket, lalu apa lagi?
Fasilitas di atas seolah membuat para volunteer merasa bahagia ya? Ada tas, sepatu keren, kaos keren yang dijual dengan harga mahal, bahkan tertera tulisan ‘VOLUNTEER’.
Mereka juga bisa mengakses transjakarta, mereka bisa bertemu dengan atlet terkenal di berbagai negara di Asia dengan mudah, bahkan mereka mendapat asupan makanan yang cukup dan juga enak dari asrama.
Belum lagi sertifikatnya nantinya bisa digunakan untuk melanjutkan S-2.
“Bangga karena menjadi bagian dari sejarah dan keuntungan sertifikatnya bisa digunakan untuk S-2, karena saya juga ingin melanjutkan S-2,” ungkap salah satu volunteer saat ditanyai kebenarannya perihal sertifikat yang bisa dipakai sebagai senjata S-2.
Memang keuntungan mereka cukup banyak dan menggiurkan.
Siapa saja pasti ingin diberi kesempatan serupa, mengingat ajang bergengsi empat tahun sekali ini belum tentu akan kembali berlangsung di Indonesia.
Tetapi, para volunteer ternyata tak mendapat bayaran.
Hal ini langsung dikonfirmasi pihak INASGOC melalui laman resminya di asiangames2018.id. INASGOC menyampaikan bahwa bagi para volunteer, mereka diharuskan bekerja sejak test event hingga game time tanpa mendapat honor, layaknya tim dan kru yang bekerja sesuai kontrak kerja dan bayaran secara tertulis.
BACA JUGA: Diserbu Fans, Anthony Ginting Lindungi Jonatan Christie dengan Cara Manis!
Tanpa honor?
Lalu bagaimana mereka bisa makan dan bertahan hidup di tengah kepadatan Jakarta dan berbagai kesibukan mereka.
Bagaimana bila mereka ingin makan di tempat lain?
“Untuk transportasi dia akan mendapat semacam aplikasi yang bisa digunakan untuk naik Go-Jek dan sebagainya,” ungkap Ratiyono, Kepala Dinas Olahraga dan Kepemudaan DKI Jakarta.
Ratiyono kepada Kompas.com menjelaskan bahwa panitia juga memberi para volunteer aplikasi yang bisa mereka gunakan untuk makan di beberapa tempat tertentu selama mereka bertugas.
Tetapi faktanya, banyak di antara mereka yang mengeluh akan kebijakan tersebut.
Padahal, kebijakan dari INASGOC tersebut mengacu pada penyelenggaraan Asian Games sebelumnya di negara-negara lain.
Mengapa mereka mengeluh? Bagaimana bisa? Apakah mereka terlalu letih?
Ternyata ada salah satu volunteer yang melapor tentang kenyamanan yang tak mereka peroleh selama bertugas.
Bahkan volunteer tersebut langsung melapor kepada Presiden Joko Widodo saat acara promosi Asian Games 2018 di Istana Bogor (4/8/2018) lalu.
“Beberapa relawan curhat soal fee untuk mereka.
Termasuk di mana mereka menginap, itu masih menjadi keluhan dari sebagian mereka,” ungkap salah satu volunteer yang bernama Zulfikar Akbar.
Katanya, ia hanya ingin bersuara kepada panitia pelaksana, sebagaimana yang mereka rasakan dan memang diperbolehkan untuk bersuara.
Hal ini secara langsung juga dikonfirmasi oleh Presiden Jokowi. “Mereka sudah membantu banyak sehingga beri lah mereka perhatian. Saya sudah mendengar keluhan seperti ini dua kali,” ungkap Presiden Jokowi saat dimintai keterangan Kompas.com beberapa waktu lalu.
Tetapi ada beberapa volunteer yang mengaku mendapat bayaran setiap harinya, sebesar Rp300 ribu. Hal itu disampaikan Rina dan Robbi kepada Tribun Jakarta. “Dibayar, Rp300 ribu perhari,” ujar keduanya saat dikonfirmasi tentang honor.
“Nggak ada libur, capek. Apalagi pergantian shift siang ke pagi,” itu merupakan satu dari 13.000 keluhan rasa letih para volunteer selama mereka bertugas.
BACA JUGA: Semua Perempuan Antri Dapat Baju Penuh Keringatnya Jonatan Christie, Kecuali Penyanyi Ini!
Meski begitu, justru saat acara Asian Games 2018 usai, mereka merasa sedih.
Mereka sedih ditinggalkan ajang bergengsi yang membuat mereka letih, tak bisa bertemu keluarga, membuat keringat mereka terperas, kurang istirahat dan bahkan rela lapar demi melayani para atlet.
“Sedih banget sih, ini kan event yang dalam beberapa tahun ke depan belum tentu ada lagi di sini,” ungkap salah seorang relawan saat dimintai keterangan Tribun Jakarta, sebelum Asian Games 2018 benar-benar pergi dari kehidupan mereka.
Asian Games 2018 seolah sudah menjadi pemacu mereka dalam beraktivitas.
Sejak mereka membuka mata di pagi hari, hingga menutup mata di malam hari, mereka merasa bahagia. Mereka mendapat pengalaman yang tak didapat oleh orang-orang di luar sana yang kurang beruntung.
Para pemuda dari usia 18 tahun hingga 29 tahun yang memiliki kesempatan menjadi volunteer sebagian besar, atau bahkan semua pasti merasa sedih saat menyadari Asian Games 2018 telah usai.
Hasil kerja keras mereka membuahkan hasil. Mereka berhasil.
Berhasil mengharumkan nama keluarga, bisa meneruskan sekolah S-2 dengan mudah, bisa dapat pengalaman dan belajar banyak hal, mereka bisa berkenalan bahkan menjalin cinta lokasi dengan sesama volunteer, seperti yang dialami volunteer Rina dan juga seorang broadcaster dari Australia, dan masih banyak lagi yang bila ditulis tak akan habis di baca satu tahun karena terlalu banyak pengalaman yang mereka dapat.
Mereka juga mendapat apresiasi dari petinggi negara, pejabat, diajak ikut serta saat parade bendera di closing ceremony Asian Games 2018.
Tentunya mereka sangat dihormati dan juga dihargai oleh para atlet, khususnya atlet Indonesia sendiri.
Mereka disambut dengan meriah, dengan tepukan tangan saat nama mereka dipanggil dan dipersilakan untuk memasuki stadion utama GBK, Minggu (2/9/2018) lalu.
BACA JUGA: Tiket Ludes Terjual, Begini Konsep 'Closing Ceremony' Asian Games 2018
Bahkan, beberapa di antara mereka akan kembali bertugas menjadi volunteer pada Asian Para Games 2018 (APG) yang juga akan berlangsung di Indonesia dan digelar pada Oktober 2018 mendatang!
Fakta ini diungkapkan oleh salah seorang volunteer bernama Daus.
Ia dan teman-temannya yang beruntung lainnya akan kembali ke Jakarta dan menginap di Wisma Atlet dan menjalani pelatihan singkat sekitar September 2018.
Mereka, adalah garda terdepan suksesnya Asian Games 2018. Mereka adalah pahlawan untuk keberhasilan Asian Games 2018. Dan mereka juga merupakan penyelamat bagi para atlet dan tamu undangan di kala mereka merasa tak punya arah di negara, tuan rumah Asian Games 2018.
Tak heran bila para volunteer Asian Games 2018 mendapat pujian dari media asing dan media internasional.
Apresiasi setinggi-tingginya disampaikan media asing, salah satunya South China Morning Post (SCMP).
BACA JUGA: Pertama Kalinya Ikut Asian Games, Atlet Ini Borong 8 Medali
Dalam laman SCMP, Nazvi Careem selaku reporter yang bertugas di Indonesia saat Asian Games 2018 angkat topi dan berterima kasih serta memuji kegigihan 13.000 volunteer yang telah bekerja dan membantu mereka selama di Indonesia, kurang lebih 2 minggu belakangan ini.
“Mereka pemuda-pemudi yang berkeringat di bawah matahari menggelora. Tidak ada hujan mengguyur selama dua minggu penyelenggaraaannya.
Mereka para volunteer menjawab berbagai pertanyaan, mereka memberikan arah, mengorganisasi bus dan makan dari nasi kotak selama sebelum Asian Games 2018 resmi dibuka,” ungkap Nazvi dalam berita yang ia tulis.
“Relawan-relawan ini salah satu yang terbaik dan telah memainkan peran penting bagi kesuksesan Asian Games,” tutupnya.
Keberhasilan tersebut tentu menjadi kebanggaan di luar sertifikat dan pengalaman luar biasa yang mereka dapat selama bertugas di Asian Games 2018.
Terima kasih para volunteer.
Angkat topi setinggi-tingginya untuk kalian, pemuda-pemudi bangsa yang sejati!
BACA JUGA: Sebelum Peluk Prabowo dan Jokowi, Hanifan Sempat Beri Bungkusan Merah ke Jokowi, Isinya Mengagumkan!
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | Kompas.com,scmp,Kompas TV,tribun jakarta,AsianGames2018.id |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR