Nakita.id - Hari ini (10/9/2018), Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, menyambangi salah satu SMP Negeri di Surabaya.
Bukan tanpa alasan Risma datang ke sekolah tersebut.
Sebelumnya seorang guru dari SMP Negeri itu melapor kepada pihak kepolisian bahwa sebanayak 56 muridnya memiliki sejenis luka sayatan yang sama di pergelangan tangan mereka.
Oleh karena itu guru tersebut meminta kepolisian untuk melakukan pemeriksaan.
Baca Juga : Emak- emak Surabaya Ini Ketagihan Narkoba, Ini Alasannya Pakai Sabu-sabu!
Setelah diselidiki, ternyata mereka melakukan tindak melukai diri sendiri lantaran mempunyai tekanan batin, masalah di keluarga dan juga masalah psikologis.
Kedatangan Risma ke SMP Negeri tersebut untuk memberikan motivasi serta memberi penghargaan kepada murid yang berprestasi.
Baca Juga : Hati-Hati, Salah Pilih Cat Tembok Berisiko Kanker pada Si Kecil
Melansir Tribun Jatim, Risma berkata masalah siswa di SMP Negeri ini sama dengan kasus anak-anak yang tinggal di sekitar eks lokalisasi Dolly dan Jarak.
Baca Juga : Bulan ke 6 Kehamilan, Usia Janin 21-24 Minggu, Sudah Bisa Hisap Jempol
"Jadi ini masalahnya sama untuk sekolah yang dekat lokalisasi. Jadi dia punya masalah di rumah, impact nya ke anak-anak ini dan yang lain lalu timbul empati," ujar Risma.
Oleh karena itu, ia meminta bantuan kepada psikolog untuk menangani masalah ini.
"Hampir separuh anak-anak di sini ini punya masalah. Maka saya sedang minta perlindungan, kami juga memberikan pendampingan psikolog dan memberi mereka hypnotherapy serta trauma healing," tegasnya.
Selain itu, Risma juga berencana mengajak anak-anak berkunjung ke Liponsos Kalijudan untuk menengaok anak-anak berkebutuhan khusus.
Tujuannya adalah untuk memperlihatkan kepada siswa tersebut untuk tetap bersyukur meski mereka mempunyai masalah.
Baca Juga : Kejam! Kakek 68 Tahun Perkosa Anak Tirinya yang Keterbelakangan Mental Hingga Hamil 7 Bulan
Di sisi lain, ternyata ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan seseorang melukai diri mereka sendiri seperti yang dilansir dari Mayo Clinic.
1. Usia
Kebanyakan orang yang melukai diri sendiri adalah remaja dan dewasa muda, meskipun ada beberapa orang dalam kelompok usia lain juga melukai diri sendiri.
Melukai diri sendiri sering dimulai pada awal masa remaja, ketika emosi lebih mudah berubah dan remaja menghadapi tekanan dari teman sebaya, kesepian, dan konflik dengan orang tua atau figur otoritas lainnya.
Baca Juga : Pemuda Ini Ketagihan Mengintip dan Merekam Tetangganya Sedang Mandi
2. Memiliki teman yang melukai diri sendiri
Orang-orang yang memiliki teman yang dengan sengaja mencelakai diri sendiri cenderung mulai melukai diri sendiri juga.
Sebab, dampak lingkungan memang sangat besar terhadap orang lain.
Baca Juga : Dokter Langganan Warga Medan Dibakar Hidup-hidup oleh Orang Gangguan Mental
3. Masalah kehidupan
Beberapa orang yang melukai diri, mereka merasa diabaikan atau dilecehkan (secara seksual, fisik atau emosional) atau mengalami peristiwa traumatik lainnya.
Mereka mungkin telah tumbuh dan masih berada dalam lingkungan keluarga yang tidak stabil, atau mereka mungkin orang muda yang mempertanyakan identitas pribadi atau seksualitas mereka.
Baca Juga : Seorang Profesor Sebut Perempuan Sering Memakai Celana Jeans Rentan Miliki Anak Autisme dan Transgender
Beberapa orang yang melukai diri secara sosial akan terisolasi.
4. Masalah kesehatan mental
Orang yang melukai diri sendiri cenderung sangat kritis terhadap diri sendiri dan menjadi pemecah masalah yang buruk.
Selain itu, cedera diri umumnya dikaitkan dengan gangguan mental tertentu, seperti gangguan kepribadian ambang, depresi, gangguan kecemasan, gangguan stres pasca-trauma dan gangguan makan.
5. Alkohol atau penggunaan narkoba yang berlebihan
Orang yang membahayakan dirinya sendiri sering melakukan hal itu saat berada di bawah pengaruh alkohol atau narkoba.
Dari penjelasan di atas, sudah sepantasnya orangtua mengawasi anak-anak mereka agar tidak melakukan hal yang 'menyimpang'.
Baca Juga : Sebanyak 56 Siswa SMP di Surabaya Suka Silet Tangan Sendiri, Ternyata Ini Penyebabnya!
Source | : | Mayo Clinic |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR