Baca Juga : Jadi Dokter Sekaligus Selebgram, Dokter Reisa Ungkap Hal Utama yang Sering Orangtua Keluhkan
Membunuh bakteri
Antibiotik adalah jenis obat yang dapat membantu tubuh membunuh bakteri jahat yang menyebabkan infeksi dan penyakit pada tubuh.
Baca Juga : Terlanjur Cinta, Pemuda Ini Tulus Nikahi Kekasih Penderita Kanker Stadium Akhir
Harus diingat bahwa antibiotik khusus digunakan untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri, bukan untuk penyebab lainnya, seperti virus.
Antibiotik bukanlah obat yang tepat untuk mengatasi sakit yang disebabkan oleh virus.
Harus sesuai resep
Penggunaan antibiotik tidak boleh sembarangan.
Sebaiknya, antibiotik dibeli sesuai dengan resep dokter. Kenapa?
Ketika kita mengonsumsi antibiotik, bisa jadi bukan hanya bakteri jahat yang mati, tetapi juga bakteri baik yang terdapat dalam tubuh.
Nah, ketika kita tidak mengetahui aturan penggunaan dan jenis antibiotik yang tepat, maka hal ini bisa berbahaya untuk tubuh.
Saran dokter juga diperlukan untuk memastikan bahwa tubuh kita benar-benar memerlukan antibiotik karena ada kalanya tubuh bisa menyembuhkan diri sendiri.
Baca Juga : Baju Kondangan Itu-Itu Aja? Intip Outfit Kondangan Ala Rachel Vennya
Dihabiskan ya, Moms
Biasanya dokter menyarankan kita untuk menghabiskan antibiotik yang diberikan.
Dokter ingin agar bakteri penyebab penyakit bernar-benar tidak tersisa apalagi menjadi lebih kuat sehingga penyakit lebih sulit disembuhkan.
Bila kita tidak menghabiskan antibiotik bisa jadi bakteri belum benar-benar mati walaupun kita merasa sudah sembuh.
Baca Juga : Shopia Latjuba Unggah Foto Mesra dengan Seorang Pria, Pengganti Ariel kah?
Hal ini akan berbahaya untuk tubuh.
Selain itu, dokter juga sudah mempertimbangkan jumlah atau dosis antibiotik yang sesuai kebutuhan, sehingga sebaiknya kita mengikuti anjurannya.
Lalu bagaimana jika Moms tidak menghabiskan obat antibiotik itu?
Moms akan mengalami resistensi obat, tepatnya resistensi obat antibiotik.
Baca Juga : Fakta Aduk Nasi Setelah Matang Kurangi Resiko Basi, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Dilansir dari kompas.com, resistensi antibiotik terjadi ketika seseorang mengonsumsi antibiotik tanpa mengikuti aturan yang dianjurkan dokter.
Misalnya, pasien kerap kali tidak mematuhi takaran obat yang harus diminum, jadwal waktu obat tersebut dikonsumsi, dan panjangnya periode obat tersebut harus dihabiskan.
Selain itu, resistensi antibiotik juga bisa karena jumlahnya terlalu banyak atau terlalu kerap diminum.
Baca Juga : Masalah Perilaku Anak, Ini Akibat dari Kesalahan Orangtua!
Contohnya, seseorang yang terlalu sering minum antibiotik di luar rumah sakit.
Saat masuk rumah sakit lalu diterapi dengan antibiotik, bakteri penyebab penyakit justru berulah.
Bakteri normal floranya mati semua. Bakteri jahat justru tumbuh.
Flora normal merupakan kumpulan organisme yang menghuni organ tertentu di tubuh manusia.
Baca Juga : Seorang Profesor Sebut Perempuan Sering Memakai Celana Jeans Rentan Miliki Anak Autisme dan Transgender
Umumnya, flora normal beranggotakan bakteri baik yang menjaga organ tersebut.
Jika antibiotik diberikan secara serampangan, maka bakteri baik ini ikut terbunuh.
Padahal, tubuh manusia membutuhkan kehadiran bakteri baik sebanyak 90.000 triliun hingga 100.000 triliun untuk dikatakan sehat.
Baca Juga : Anggap Telah Mengganggu, Billy Ancam Kriss Hatta dengan Bukti Baru Ini
Akibatnya, jika tidak mematuhi resep dokter, tubuh individu mengalami infeksi yang semakin parah.
Penting juga diingat, pemberian antibiotik serampangan juga bisa membuat seseorang resisten.
Karenanya gunakan antibiotik secara tepat, tidak untuk penyakit yang disebabkan virus.
Jika pemberian antibiotik tidak tepat, hentikan konsumsi antibiotik.
Source | : | Kompas.com,Bobo.grid.id |
Penulis | : | Salmaa Awwaabiin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR