Dr. Ronald. A. Hukom, MHSc, Sp.PD, KHOM, FINASIM dari Perhimpunan Hematologi dan Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (Perhompedin) mengatakan angka kematian kasus limfoma cukup tinggi karena lambatnya deteksi sehingga penanganan pun sudah pada stadium lanjut.
Menurut Dr. Ronald masih banyak kesalahpahaman akan gejala limfoma dan gejala penyakit lainnya.
Mengingat, gejala-gejala yang ditimbulkan hanya berupa benjolan, demam, berkeringat di malam hari, kehilangan nafsu makan, gatal, kelelahan, dan lain sebagainya.
Baca Juga : Riset Buktikan 90% Manusia Tidak Tahu Dirinya Mengalami Gangguan Fatal Ini
Ia kemudian menjelaskan limfoma merupakan istilah umum untuk berbagai tipe kanker darah yang muncul dalam sistem limfatik, yang menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening.
Limfoma disebabkan oleh perubahan sel-sel limfosit B atau T yakni sel darah putih yang dalam keadaan normal atau sehat berfungsi menjaga daya tahan tubuh dan menangkal berbagai jenis infeksi.
Pada kasus limfoma, sel B atau T ini membelah lebih cepat, tak terkontrol, dan hidup lebih lama dari biasanya.
Untuk melihat ada tidaknya risiko kanker ini, Dr. Ronald mengatakan dibutuhkan bantuan tenaga ahli.
"Segera lakukan pemeriksaan pada dokter ketika gejala muncul dan benjolan semakin membesar dan tidak kunjung sembuh," ujarnya saat diwawancarai dalam acara Peringatan Hari Peduli Limfoma Sedunia bersama Ferron Par Pharmaceuticals dan Cancer Information and Support Center (CISC) Indonesia, di Jakarta, Sabtu (15/9).
Baca Juga : Hati-hati, Kesulitan Bicara Bisa Jadi Salah Satu Tanda Tumor Otak
Ibu Hamil Tidak Boleh Duduk Terlalu Lama, Ini Risiko dan Solusi untuk Kehamilan Sehat
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Nakita_ID |
KOMENTAR